TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Lukita Dinarsyah Tuwo menjelaskan perubahan iklim menjadi tantangan pembangunan Indonesia. "Namun, karya jurnalistik yang bermutu tentang isu ini masih belum menempati posisi utama dalam pemberitaan media," katanya saat penutupan acara “Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Media Fellowship 2014."
Acara yang berlangsung di Jakarta, Senin, 13 Oktober 2014, itu diakhiri dengan pengumuman pemenang dan peluncuran buku hasil karya peserta fellowship berjudul "Media dan Perubahan Iklim." Acara ini diselenggarakan Lembaga Wali Amanah pendanaan perubahan iklim di Indonesia (ICCTF) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta. (Baca: Dukungan ICCTF untuk Paviliun Indonesia di Durban)
Dewan juri lomba memilih Shinta Maharani/Sunudyantoro dari Tempo Yogyakarta, Aris Munandar (Media Indonesia Pontianak), dan Michael Carlos Kodoati/Edward Agus Raleo (BeritaSatu TV) sebagai pemenang. Hadiah untuk para pemenang adalah meliput konferensi PBB untuk Perubahan Iklim atau Conference of Parties (COP) 20 di Lima, Peru, pada akhir November 2014. (Baca: Konferensi Perubahan Iklim, Janji dari Negara Kaya)
Wartawan Tempo menulis tentang upaya penduduk Semoyo, Gunungkidul, menjaga hutan melalui lembaga kredit mikro. Aris Munandar meliput tentang pertanian organik yang dilakukan sekelompok warga kampung yang awalnya menebang hutan di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Sementara BeritaSatu TV meliput tentang pengelolaan lahan gambut berkelanjutan di Kalimantan Tengah.
Ada 60 proposal peliputan yang diajukan tim jurnalis dari berbagai daerah di Tanah Air. Juri, sekaligus mentor, kemudian menyeleksi 10 proposal yang terbaik untuk mendapat pelatihan dan pendampingan selama peliputan dan penulisan berita. Tiga juri/mentor itu adalah Riza Primadi (mantan Pemred Liputan 6), Brigitta Isworo Laksmi (wartawan Kompas) dan Untung Widyanto (wartawan Tempo). Proses fellowship ini berlangsung selama tiga bulan.
Ketua AJI Jakarta Umar Idris mengakui sedikitnya jurnalis lingkungan di Indonesia. "Isu perubahan iklim bagi jurnalis kita dapat dikatakan kurang populer," katanya. Fellowship ini bertujuan menarik minat para jurnalis terhadap isu ini sekaligus memberikan kesempatan meningkatkan kemampuan jurnalistik dari para mentor yang telah memiliki pengalaman peliputan perubahan iklim.
Lukita memuji keberagaman tema dari wartawan yang mengikuti fellowship yang diselenggarakan ICCTF dan AJI Jakarta untuk tahun kedua ini. Mulai liputan tentang inisiatif masyarakat di berbagai daerah untuk menjaga hutan, memanfaatkan energi terbarukan, dan jasa-jasa lingkungan lainnya.
Menurut dia, media massa memainkan peranan besar menggerakkan masyarakat dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. “Gerakan dari masyarakat lebih memiliki kekuatan ketimbang kebijakan dari atas atau top-down,” katanya. Warga dapat meniru aksi-aksi kreatif yang dilakukan penduduk lainnya untuk mengurangi emisi dan beradaptasi terhadap perubahan iklim.
UWD
Terpopuler:
Sri Mulyani Calon Menteri, DPR: Rakyat Dikibuli
SDA: Saya Kecewa Ditelikung Fraksi PPP
Kabinet Jokowi, Nama Sri Mulyani dan Jonan Mencuat