TEMPO.CO, Cirebon - Lahan sawah produktif seluas 461 hektare di tiga kecamatan di Kabupaten Cirebon tercemar limbah batu alam. Tanahnya menjadi padat dan tak bisa ditumbuhi padi. "Kerusakan area pertanian terparah terjadi di Desa Kepunduan, Kecamatan Dukuhpuntang," kata Sekretaris Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Muhidin, Rabu, 8 Oktober 2014.
Menurut dia, di desa itu terdapat sedikitnya 23 pabrik batu alam yang limbahnya dibuang ke sungai di sekitar pabrik. Air sungai itulah yang dimanfaatkan oleh petani di Desa Kepunduan untuk mengairi lahan pertanian mereka. Selain di Kecamatan Dukuhpuntang, limbah batu alam juga mencemari sungai yang dimanfaatkan petani di Kecamatan Depok dan Kecamatan Plumbon.
Air sungai yang tercemar limbah pabrik batu alam akan berwarna abu-abu pekat. Air ini mengalir ke area sawah, sehingga membuat tanah di persawahan padat. Padahal padi memiliki akar serabut yang sifatnya sulit menembus tanah yang keras.
"Padi itu hidupnya di tanah yang lembek dan basah," kata Muhidin. (Baca: edia Australia Soroti Pencemaran Laut Timor)
Jika tanah padat dan keras, tanaman padi tidak bisa berkembang dan akan mengalami puso. Selain membuat tanah di area pertanian menjadi padat, limbah batu alam yang pekat juga mematikan organisme yang bermanfaat bagi pertanian, seperti cacing dan belut.
Padahal organisme ini sangat berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik. Matinya organisme bermanfaat ini pun membuat tanah menjadi tidak subur dan tanaman padi tidak bisa tumbuh dengan baik. (Baca juga:Program City Gas Cirebon Diluncurkan 7 Oktober)
Saluran irigasi di Kecamatan Dukuhpuntang, Depok, dan Plumbon sudah tercemar limbah batu alam. Hal ini menyebabkan terhambatnya usaha tani dan menurunkan produktivitas gabah. "Petani memang menyiasatinya dengan pemupukan agar padi tetap tumbuh. Namun, selama air irigasi masih tercemar, tetap saja tanaman padi tidak bisa terselamatkan," kata Muhidin.
Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Cirebon Ita Rohpitasari mengatakan tingkat kekeruhan air akibat pencemaran limbah batu alam saat ini sudah mencapai 7.920 miligram per liter. "Angka ini jauh di ambang batas, yaitu 200 miligram per liter," kata Ita.
Ita membeberkan, pencemaran lingkungan terparah memang dialami tiga kecamatan saja, tapi pencemaran ini diduga dilakukan oleh seluruh pabrik batu alam di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan catatan BLHD Kabupaten Cirebon, terdapat 430 usaha batu alam yang beroperasi di kabupaten ini.
IVANSYAH
Terpopuler:
Kasus Bunuh Diri di Menara BCA, Keluarga Histeris
Pria Loncat dari Menara BCA, Apa Penyebabnya?
Zulkifli Hasan, Ketua MPR Periode 2014-2019
Lompat dari Menara BCA, Tubuh Pria Ini Berceceran
Incar Kursi Pimpinan MPR, PPP Membelot ke Koalisi Jokowi