TEMPO.CO, Sidoarjo - Sedikitnya ada tiga tanggul lumpur Lapindo, Sidoarjo, yang semakin lama semakin kritis. Ini disebabkan ada larangan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo untuk melakukan aktivitas pengaliran air ke sungai Porong, Sidoarjo.
"Tiga tanggul yang sangat kritis," kata juru bicara BPLS Dwinanto Hesty Prasetyo kepada Tempo, Selasa, 16 September 2014. (Baca: Warga Korban Lapindo Tunggu Kepastian ke Jakarta)
Menurut Dwinanto, tiga tanggul lumpur yang kritis itu terdapat di titik 73 Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, yang endapan lumpurnya menyamai tanggul. Di titik 21 Desa Siring, Kecamatan Porong, endapan lumpurnya juga sudah menyamai tanggul serta di titik 34 Desa Pajarakan, Kecamatan Jabon, ketinggian airnya sudah menyisakan 3 sentimeter ke puncak tanggul. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena masih dilarang beraktivitas oleh warga," kata dia.
Aliran lumpur Lapindo yang berasal dari pusat semburan saat ini mengalir menuju tiga arah, yaitu ke sisi selatan, barat dan utara. Air lumpur yang mengarah ke sisi selatan dan barat berkumpul di pojok selatan sehingga ketinggian air lumpur hampir menyamai puncak tanggul. "Secara logika karena kami dilarang beraktivitas, maka air lumpur pasti akan semakin naik," kata dia. (Baca:Luberan Lumpur Lapindo Genangi 20 Rumah Warga)
Namun begitu, ia tidak bisa memastikan waktu jebolnya tanggul lumpur. Pasalnya, semburan lumpur selalu fluktuatif, kadang deras dan kadang rendah. "Karena ini alami dari alam," kata dia.
Dwinanto mengatakan sebelum ada pelarangan beraktivitas oleh warga, semburan dari sumur lumpur Lapindo telah mencapai 30 sampai 60 ribu meter kubik per hari sampai menenggelamkan 640 hektar tanah warga di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Tanggulangin, Porong dan Jabon. "Kalau sekarang kami belum tahu karena tidak boleh diukur oleh warga," kata dia. (Baca:Lapindo Jebol, Soekarwo: Cuma Luber)
Di lain pihak, BPLS tidak bisa berbuat banyak untuk menanggulangi endapan lumpur yang semakin meninggi itu. Pihaknya hanya melakukan aktivitas yang diperbolehkan oleh warga, seperti perbaikan tanggul jebol di titik 68 Desa Gempolsari beberapa waktu lalu. "Begitulah, kami hanya bisa beraktivitas sesuai dengan yang diperbolehkan warga," kata dia.
Pantauan Tempo, air lumpur yang ada di pojok barat laut memang mengalami peninggian, sehingga genangan air itu menyisakan sekitar 1 sampai 2 meter mencapai puncak tanggul. Adapun tanah tanggul semakin tergerus akibat air lumpur yang terkena angin, layaknya ombak laut yang memakan pesisir pantai.
MOHAMMAD SYARRAFAH
Baca juga:
Wartawan Dilarang Meliput Korban Penembakan Polisi
Kejati NTT Terima Berkas Satpol Pemblokir Bandara
27 Korporasi Sektor Kehutanan Dilaporkan ke KPK
BNN Temukan Ladang Ganja Gunung Gede