TEMPO.CO, Kediri - Amuk Kelud menyisakan penderitaan yang belum berakhir bagi warga di Dusun Laharpang, Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Bantuan yang pernah datang mengalir tak tuntas. Perbaikan rumah terhenti begitu saja menyisakan bolong-bolong yang cukup besar. (Baca bagian pertama: Warga Menunggak Banyak Utang)
Rumah milik Romlah, satu warga, misalnya. Atap rumahnya yang dulu genteng kini kini berubah menjadi asbes seluruhnya. Asbes tersebut adalah bantuan yang diterima dari donator dan pemerintah setempat untuk program rehabilitasi pascaletusan.
Tapi atap bantuan itu hanya mampu menutup ruang utama rumah. Berada di bagian dapur dan teras akan tampak langit sebagai atap. Romlah mengaku harus beradu otot dan hanya mendapatkan enam lembar asbes yang diturunkan tim relawan.
Keterbatasan genteng dan asbes yang diberikan relawan memaksa warga untuk berbagi dengan lainnya. Hal itulah yang membuat pemandangan atap rumah mereka seperti yang terlihat Rabu 10 September 2014 menjadi pelangi, yang terdiri atas genteng lama, genteng baru, asbes, dan seng.
Setidaknya nasib Romlah masih lebih baik dibandingkan Suhadak, warga lainnya. Hingga kini bagian utama rumahnya masih beratap langit. Anggota TNI yang diterjunkan memperbaiki atap rumahnya hanya memasang beberapa buah genteng dan tak mampu menutup seluruh bagian rumah.
Satu-satunya upaya untuk menahan hawa dingin adalah memasang terpal yang kini juga telah robek di sana-sini. “Kalau hujan harus menggeser perabotan agar tidak basah,” katanya ketika ditemui, Rabu 10 September 2014.
Suhandak masih ingat ketika anggota TNI yang memperbaiki rumahnya hanya memasang genteng di bagian ruang tamu dan tengah saja. Sedangkan teras, sebagian kamar belakang, dapur dan kamar mandi dibiarkan terbuka. “Asal tidak kehujanan dulu saja,” kata Suhadak menirukan alasan tentara saat menghentikan perbaikan rumahnya.
Dari pantauan di lokasi, keberadaan rumah yang senasib dengan tempat tinggal Suhadak cukup banyak. Bahkan ada beberapa rumah yang dikosongkan karena hanya menyisakan tembok. Menurut warga, rumah yang rusak parah dan membutuhkan material banyak seperti kayu tidak menjadi prioritas perbaikan. Pemerintah mendahulukan perbaikan atap rumah yang masih kokoh dan tak memakan waktu lama dalam pengerjaannya.
Dan, jangankan untuk membeli materila pasir dan semen untuk melanjutkan rehabilitasi rumah, bagi penduduk yang telah kehilangan sumber pendapatan di lereng Kelud itu, harga selembar asbes dan terpal menjadi sangat sulit dijangkau.
Baca berita sebelumnya: Warga Berniat Mengadu ke Jokowi
HARI TRI WASONO
Terpopuler
Prabowo Legowo Ahok Keluar dari Gerindra
Surya Paloh Ditanyakan Soal Ahok dan RUU Pilkada
Jokowi Janji Akan Cukur Biaya Rapat Rp 18 Triliun
Jokowi-JK Pakai Mobil Lama, SBY-Boediono?