TEMPO.CO, Jakarta - Budayawan dari Universitas Indonesia, Prof Dr Bambang Wibawarta, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk aktif mengawal proses penyusunan Rancangan Undang-Undang Kebudayaan sebelum disahkan September nanti.
"Pembahasan RUU Kebudayaan tengah berlangsung dan sesuai rencana akan diundangkan sebelum Kabinet Indonesia Bersatu II berakhir. Sayangnya, RUU ini belum memasukkan kebudayaan bahari ke dalam substansinya," kata Bambang di sela-sela diskusi panel bertema "Mengungkap Budaya Luhur Nusantara Menuju Peradaban Maritim Indonesia", di ASEAN Room, Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 9 Agustus 2014.
Baca Juga:
Pembina YSNB Pontjo Sutowo mengingatkan, "Terdapat 1.112 etnik di Indonesia yang mensyaratkan pentingnya toleransi dalam kehidupan bangsa. Toleransi telah menjadi kebudayaan lokal masyarakat kepulauan Indonesia. Sayangnya, kebudayaan yang kaya nilai ini terus terpinggirkan oleh kebijakan pro-pasar," kata Pontjo di tempat yang sama.
Sejalan dengan Pontjo, Ketua YSNB Iman Sunario menegaskan, "Tantangan pemerintah ke depan adalah nyata untuk menumbuhkan kembali jati diri bangsa. Modernisasi tidak boleh menghilangkan kebudayaan bahari kita," kata Imam. (Baca: Para Seniman Minta Draf UU Kebudayaan Ditangguhkan)
Staf Ahli Presiden Prof Dr Mas'ud Said menjelaskan, "Indonesia memiliki lebih dari 80 ribu desa dengan struktur dan status beragam. Di sinilah urgensi hadirnya UU Desa, yakni sebuah strategi revolusioner yang mendudukkan desa sebagai mata rantai paling awal dan sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional."
Sejarawan dari Universitas Diponegoro, Prof Dr Sutejo K. Widodo, menambahkan, "Desa merupakan bentukan asli bangsa Indonesia. Untuk pelaksanaan otonomi, desa memiliki pengalaman panjang, sehingga dalam beberapa hal, dengan formulasi tertentu, desa dirasa lebih siap melangsungkan otonomi melalui rembug desa," kata Sutejo.
"Kepemimpinan nasional ke depan harus memanfaatkan keunggulan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dan mengubah mindset masyarakat Indonesia yang hingga kini masih berorientasi kontinental," kata Laksdya TNI Dr D. Mamahit, MSc.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Rini Soemarno Bicara Soal Hubungan dengan Megawati
Penyebab Hilangnya Suara Jokowi-Kalla Belum Jelas
Lima Pemain MU Ditendang, Kagawa Aman
Benarkah Megawati Ikut Memilih Tim Transisi?