TEMPO.CO, Jakarta - Cuaca buruk yang melanda wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) sepekan terakhir ini menyebabkan nelayan di daerah itu menghentikan aktivitas melaut karena gelombang tinggi yang mencapai 7 meter. (Baca: Cuaca Buruk, Ribuan Penumpang Kapal Telantar di Bajoe)
"Sudah seminggu kami tidak melaut karena cuaca buruk. Kami merugi cukup besar," kata Muhamad Ali, seorang nelayan, di Kupang, Senin, 11 Agustus 2014. Menurut dia, biasanya dalam sekali melaut mereka mengeluarkan biaya operasional sekitar Rp 20 juta. "Penghasilan lebih dari itu. Namun, jika tidak melaut, kami rugi lebih besar," katanya. (Baca: Cuaca Buruk, Tangkapan Nelayan Malang Anjlok)
Dia mengatakan ada beberapa nelayan yang nekat melaut dengan cuaca buruk ini, tapi harus pulang dengan tangan hampa. Kerugian mereka bertambah besar karena kerusakan kapal akibat dihantam gelombang.
Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang July Setiyanto mengingatkan nelayan di Kupang agar tidak melaut karena tingginya gelombang laut akibat angin kencang yang melanda wilayah ini. Berdasarkan ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), angin kencang memicu gelombang tinggi di sejumlah perairan, seperti Laut Sawu berkisar 2-4 meter, Selat Rote 1-3 meter, dan Laut Timor bagian timur 3-5 meter.
"Kecepatan angin tercatat 40 kilometer per jam, dan akan terus meningkat lagi," katanya.
Kondisi, kata dia, masih akan berlangsung selama bulan Agustus 2014 ini. Bahkan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Kupang masih menutup pelayaran ke sejumlah lintasan di daerah itu.
YOHANES SEO
Terpopuler:
Jokowi Angkat Hendropriyono sebagai Penasihat
UIN Jakarta Ungkap Kejahatan Seks ISIS
Bendera ISIS Berkibar di Samping Kantor Polisi
Imigrasi Pindah ke Terminal 2, Ini Kata Denny Indrayana
Jokowi Disalahkan Tak Ada Premium di SPBU Rest Area