TEMPO.CO, Sumenep - Cuaca buruk yang memicu naiknya gelombang laut di perairan Selat Madura hingga mencapai 6 meter, membuat puluhan siswa dan santri asal Pulau Pagerungan, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, yang bersekolah di daratan belum bisa bersekolah atau kembali ke pesantren. "Terpaksa bolos karena tidak ada kapal yang berlayar," kata anggota DPRD Sumenep asal Pulau Pagerrungan, Mohammad Ali, Rabu, 6 Agustus 2014.
Menurut Ali, Ahad lalu, 3 Agustus 2014, sebanyak 25 siswa asal Pulau Sapeken nekat menumpang kapal kecil pengangkut rumput laut agar bisa segera sampai ke wilayah daratan untuk sekolah. "Alhamdulillah mereka semua selamat sampai ke darat."
Minimnya fasilitas pendidikan di kepulauan membuat anak-anak kepulauan bersekolah SMA, pesantren, atau kuliah di daratan Sumenep. Mereka pulang setahun satu kali saat libur Lebaran. "Kebetulan cuaca terjadi saat Lebaran, terpaksa bolos karena memang darurat."
Tidak hanya siswa, kata Ali, para pegawai negeri sipil di daratan yang berdinas di wilayah kepulauan juga terpaksa bolos kerja karena kapal penumpang dilarang berlayar. "Namun, cuaca buruk kali ini belum berdampak pada persediaan BBM di kepulauan."
Sebelumnya, Syahbandar Pelabuhan Kalianget, Sumenep, mengimbau agar perahu dan kapal tidak beroperasi untuk sementara hingga cuaca membaik. Akibatnya, 5 kapal yang melayani pelayaran ke wilayah kepulauan seperti Pulai Kangean, Raas, Sapeken, dan Masalembu, untuk sementara sandar di Pelabuhan Kalianget. Lima kapal tersebut yakni Kapal Express Bahari 3C, Kapal Dharma Bahari Sumekar (DBS) I, dan tiga kapal perintis, masing-masing Asia 1, Sabuk Nusantara 27, dan Amukti Palapa. BMKG Maritim Surabaya memprakirakan cuaca ekstrem itu akan terjadi hingga 7 Agustus.
MUSTHOFA BISRI
Berita Terpopuler
Polisi Tolak Laporan Fadli Zon Soal Ketua KPU
Sidang MK, Prabowo Bakal Pidato Soal Kecurangan
400 Advokat Prabowo Versus 200 Pengacara Jokowi
Ainun Najib: Next Project, Kawalpilkada.org