TEMPO.CO, Jakarta - Staf Penanganan Kasus Migrant Care Bariyah mengatakan modus pemerasan di terminal kedatangan Tenaga Kerja Indonesia tetap berjalan meskipun Terminal 4 Kedatangan sudah ditutup sejak akhir 2013.
"Modusnya selalu sama, mengarahkan mereka ke terminal tersebut setelah tiba di bandara," kata Bariyah ketika dihubungi, Sabtu, 26 Juli 2014.(Baca:KPK Sidak ke Soekarno-Hatta, 14 Orang Digelandang)
Bariyah pernah masuk ke Terminal 4 pada 2013 dan melihat sendiri proses pemerasan itu. Ketika para TKI tiba, serombongan calo langsung mengarahkan mereka ke terminal kedatangan khusus. Di sana, mereka harus membayar untuk naik travel yang akan mengantarkan ke kampung halaman masing-masing.
"Jadi, misalnya ada dari Cirebon satu rombongan, langsung diarahkan beli tiket yang harganya luar biasa mahal," ujar Bariyah. Ia mencontohkan harga tiket ke Jawa Tengah saja bisa mencapai Rp 750 ribu.
Para TKI, kata Bariyah, dilarang untuk menggunakan terminal biasa. Bahkan, apabila ada sanak keluarga menjemput, mereka akan dikenakan biaya penjemputan yang besarnya sekitar Rp 500 ribu. (Baca: KPK: Porter dan Cleaning Service Ikut Peras TKI)
Setelah itu, para TKI kembali diarahkan untuk menukar uang di money changer tertentu. Menurut Bariyah, kurs yang ditawarkan sangat rendah sehingga merugikan para TKI. "Mereka (TKI) bisa rugi hingga jutaan," katanya.
Sopir-sopir travel yang bertugas mengantar para TKI juga tak ketinggalan mengambil untung. Mereka biasanya meminta ongkos ketika para TKI tiba di tempat tujuan masing-masing. "Alasannya buat sedekah Lebaran, tapi mintanya maksa," ujar Bariyah.
Bariyah mengatakan apa yang dilakukan KPK pada dinihari tadi merupakan terobosan. Sebab, selama ini laporan yang ia kirimkan selalu mandek di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
Dinihari tadi, Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan inspeksi mendadak terkait dengan pemerasan tenaga kerja Indonesia di Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Dalam sidak itu KPK mengamankan 18 orang, di antaranya terdapat satu personel Tentara Nasional Indonesia dan satu personel Kepolisian. (Baca:Anggota Polisi dan TNI AD Pemeras TKI di Bandara)
Inspeksi mendadak itu dihadiri oleh Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto, Adnan Pandu Praja, dan Zulkarnain. Turut mendampingi pimpinan KPK, Diretur Angkasa Pura Trisunoko, dan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Komisaris Jenderal Suhardi Alius. Sidak ini merupakan lanjutan dari laporan masyarakat tentang pemerasan TKI yang diterima oleh KPK. Laporan itu sudah dikaji sejak tahun 2006.
TIKA PRIMANDARI
Baca juga:
SIS Ultimatum Wanita: Bercadar atau Dihukum
KPK: Porter dan Cleaning Service Ikut Peras TKI
Hanya Mau Sunat, 'Burung' Pria Ini Malah Dihabisi
Ini Fasilitas Mewah Haji Politikus Hanura