TEMPO.CO, Bandung -Sore itu, Rabu, 18 Juni 2014, matahari masih belum beranjak dari peraduannya. Sinar matahari yang lembut menerobos ke sela-sela rumah di pemukiman Saritem, lokalisasi terbesar di Kota Bandung. Di atas tanah milik pemerintah Kota Bandung seluas setengah lapangan futsal yang terletak di dalam gang, terlihat aktivitas bisnis warga Saritem masih berdenyut.
Padahal sejak 2007 pemerintah Kota Bandung telah resmi menutup tempat bisnis esek-esek tersebut. "Aman disnini mah gak akan ada penggerebekan," ujar salah satu calo saat mengantar Tempo ke dalam gang.
Selain menulup lokalisasi Saritem, pemerintahan yang waktu itu dipimpin oleh Dada Rosada pun telah membeli beberapa rumah dan lahan milik warga. Ada yang dibangun Masjid dan Pesantren. (Baca: Kompleks-Pelacuran-Saritem-Ditutup)
Namun, dibeberapa titik masih ada tanah yang dibiarkan kosong yang hanya meninggalkan plang bertuliskan: Milik Pemerintah Kota Bandung. Sebagian lahan tersebut dimanfaatkan oleh warga untuk dijadikan lapak berjualan makanan.
Di dalam sebuah rumah yang 'menjajakan' belasan wanita, terlihat penghuni rumah sedang khusuk menatap layar televisi yang menyiarkan reportase penutupan Gang Dolly. Di situ terlihat Walikota Surabaya, Risma sedang berpidato.
"Gang Dolly mah tanahnya bukan milik warga, gak kayak disini. Jadi di sini mahaman. Pemerintah gak akan berani menutup," ujar seorang mucikari seraya mengomentari tayangan tv yang ditontonnya. (Baca:Rumah Bordil di Saritem Digerebek Polisi)
Padahal Pemerintah Kota Bandung pada waktu dekat ini juga akan mengontrol Saritem. Wali Kota Ridwan Kamil berencana akan mengalihfungsikan tempat itu menjadi tempat bisnis emas, yang akan mengikutsertakan warga Saritem juga para PSK.
Seorang pedagang batagor di Saritem, Sasa, mengatakan bahwa warga setempat sangat menggantungkan rezekinya ke lokalisasi tersebut. Dari yang berjualan hingga yang menyewakan rumah atau lahan parkir. "Kalau gak usaha disini, dimana lagi? Di tempat lain ka susah," ucapnya kepada Tempo.
Selain itu, ia katakan, sejauh tidak menggangu masyarakat lokalisasi tersebut berhak tetap ada. Karena , tambahnya, dari bisnis ini banyak warga yang kecipratan rezeki. (Baca:Situasi Jalan Menuju Dolly Memanas)
"Apabila tempat ini benar-benar di tutup warga akan marah," ujar ibu lima anak ini yang telah berjualan sejak tahun 1976.
Harapan dia kepada pemerintah, apabila lokalisasi tersebut ditutup, pemerintah harus mencarikan solusi. "Jangan asal tutup. Inikan lahan milik warga," ucapnya. (Baca:Dolly van der Mart, Cikal Bakal Gang Dolly Surabaya)
IQBAL T. LAZUARDI
Terpopuler:
Komnas HAM Akan Jemput Paksa Kivlan Zen, TNI Cuek
Dolly Ditutup, Ini Kisah Masa Kecil Warga Sekitar
JK: Istana Harus Pecat Pengelola Tabloid Obor
Kecelakaan Subang, 7 Siswa SMA Cengkareng Tewas