TEMPO.CO, Malang - Sebanyak 30.596 pemuda berebut menjadi buruh migran di Korea Selatan. Mereka memperebutkan 10.200 pekerjaan untuk bekerja di sektor manufaktur dan perikanan. Para calon buruh migran mengikuti ujian tes tulis di empat kota, salah satunya di kampus Unversitas Islam Malang, Jawa Timur.
"Pengiriman tenaga kerja formal ini sudah ke-12 kali," kata Direktur Pelayanan Penempatan Pemerintah Deputi Bidang Penempatan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TK), Haposan Saragih, di Malang, Sabtu, 14 Juni 2014. (Baca: Minat TKI Bekerja di Korea Selatan Tetap Tinggi)
Para peserta terdiri atas 27.233 laki-laki dan 3.363 perempuan. Rekrutmen buruh migran ini sesuai dengan permintaan Human Resources Development Service of Korea melalui BNP2TKI.
Industri manufaktur, kata dia, paling banyak peminatnya, yakni 25.140 orang, terdiri atas 21.871 laki-laki dan 3.269 perempuan. Sedangkan sektor perikanan sebanyak 5.456 orang, terdiri atas 5.362 laki-laki dan 94 perempuan. Jumlah peserta yang menjalani seleksi di Malang sebanyak 6.665 orang. Hasil seleksi ini akan diumumkan di laman BNP2TKI.
Persyaratan bagi pendaftar, kata Haposan, yakni minimal berusia 18 tahun dan maksimal 39 tahun. Namun ternyata sebanyak 249 pendaftar berbuat curang dengan memalsu dokumen yang menerangkan usia. Karena itu, mereka dinyatakan gugur dalam seleksi administrasi rekrutmen buruh migran.
Para peserta berpendidikan dari sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. "Saya berharap bisa bekerja di Korea lagi. Untuk mengumpulkan modal usaha," kata peserta seleksi, Sugiarto, asal Wajak, Kabupaten Malang.
Sebelumnya, ia telah bekerja di sektor manufaktur di Korea Selatan pada 1997. Upah yang besar menjadi alasannya untuk bekerja kembali di Korea. (Baca: TKI Bisa Digaji sampai Rp 20 Juta di Korsel)
EKO WIDIANTO