TEMPO.CO, Pemalang - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status Gunung Slamet dari siaga (dua level di atas normal) menjadi waspada (satu level di atas normal) pada Senin, 12 Mei 2014, pukul 16.00.
"Penurunan status ini karena aktivitas gempa letusan dan embusan Gunung Slamet sudah jauh berkurang dibandingkan saat masih berstatus siaga," kata Kepala PVMBG Muhammad Hendrasto saat dihubungi, Senin malam, 12 Mei 2014.
Tak hanya intensitas gempa letusan dan embusan yang menurun, Hendrasto mengatakan, ketinggian letusan abu dan asap dari Gunung Slamet juga sudah berkurang. Kini tinggi letusan Gunung Slamet rata-rata di bawah 500 meter dari puncak kawah.
"Meski (tinggi letusannya) kadang masih mencapai 800 meter sampai 1.000 meter, umumnya sudah di bawah 500 meter," ujar Hendrasto. Dengan penurunan status menjadi waspada, radius kawasan berpotensi berbahaya juga dipersempit menjadi dua kilometer dari puncak.
Dengan penurunan status ini, Hendrasto berujar, masyarakat bisa mengetahui bahwa Gunung Slamet sudah tidak dalam kondisi gawat. Meski demikian, warga tetap dilarang mendaki. Pendakian baru diizinkan jika status Gunung Slamet sudah dinyatakan normal. (Baca juga: Dentuman Gunung Slamet Sudah Tidak Terdengar)
Penurunan aktivitas vulkanis Gunung Slamet memang sudah terpantau sejak pukul 06.00 sampai 12.00. Pengamat Gunung Api Pos Pengamatan Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sukedi, mengatakan dalam kurun enam jam itu, Gunung Slamet tercatat mengeluarkan empat kali gempa letusan, 84 kali gempa embusan, dan satu kali gempa tektonik lokal.
DINDA LEO LISTY