TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan Indonesia mewaspadai penyakit flu Arab (Middle East respiratory syndrome coronavirus/MERS-CoV) lantaran banyak jemaah yang bepergian ke Tanah Suci setiap bulan. Hingga kini terdapat 48 kasus terduga MERS yang diperiksa di Indonesia, tetapi semuanya negatif.
"Setiap bulan ada 150 ribu jemaah umrah dari Indonesia. Jadi memang banyak sehingga potensi bahaya itu ada. Tetapi tidak boleh panik," kata Wakil Menteri Kesehatan Prof dr Ali Ghuffron Mukti kepada Tempo, Minggu, 11 Mei 2014.
Pemerintah melakukan berbagai upaya agar masyarakat waspada. Antara lain mengirim edaran ke seluruh dinas kesehatan, rumah sakit, serta kerja sama dengan Kementerian Agama dan Kementerian Luar Negeri. Selain itu, pemerintah menyebarkan leaflet dan menyiapkan tenaga medis di bandara maupun pelabuhan, termasuk klinik-klinik untuk para jemaah umrah yang baru saja mendarat. (Baca: Tip Mengantisipasi Virus MERS ala Wakil Menteri)
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof dr Tjandra Yoga Aditama menegaskan Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum memberlakukan pembatasan perjalanan. Tim WHO berkesimpulan penambahan jumlah kasus tidak berhubungan dengan peningkatan kemampuan transmisi virus.
Kemarin, pemerintah Arab Saudi mengumumkan penambahan 13 kematian, sehingga total jumlah kasus sejak 2012 mencapai 480 dengan 139 kematian.
"Berdasarkan situasi terkini dan informasi yang ada, WHO menganjurkan untuk meneruskan pengawasan terhadap infeksi saluran pernapasan akut berat (SARI)," kata Tjandra dalam surat elektroniknya. (Baca: 3 Warga Riau Diduga Terjangkit Virus MERS-Cov)
NATALIA SANTI
Berita terpopuler:
Hashim: Saat Tragedi Mei 1998, Prabowo Bersama Rhoma
Kiai PKB Resmi Dukung Jokowi Jadi Capres
Soal Boko Haram, Tweeps Serang Menteri Tifatul
Jokowi: Cawapres Bisa Selain Kalla dan Abraham