TEMPO.CO , Bangkalan: Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Bangkalan, meminta petani menjual gabahnya ke lumbung padi yang dikelola gabungan kelompok tani (gapoktan). "Untuk menjaga ketahanan pangan warga Bangkalan saat masa paceklik tiba," kata Kepala Bidang Ketersediaan, Kerawanan dan Distribusi Pangan, BKP3 Bangkalan, Siti Hotimah, Selasa, 29 April 2014.
Gabah yang dijual adalah hasil panen musim pertama. Sementara untuk panen musim kedua bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Siti, petani tidak perlu khawatir karena pihaknya meminta gapoktan untuk membeli gabah petani sesuai dengan harga dipasaran agar petani tetap untung. Nanti, jika ada musim paceklik, katanya, petani bisa menebus kembali gabahnya dengan harga yang sama, meski beras dipasaran lagi naik.
Jumlah lumbung padi di Bangkalan saat ini mencapai 47 unit yang tersebar di 18 kecamatan. Setiap lumbung bisa menyimpang 40 ton gabah kering dan dilengkapi alat menjemur gabah. Menurut catatan BKP3, ada 5 kecamatan di Bangkalan yang rawan ketahanan pangan yakni Konang, Kokop, Geger, Tanah Merah dan Blega.
Mayoritas petani di lima kecamatan ini tidak bercocok tanam padi karena kondisi tanahnya yang bergantung pada air hujan atau sawah tadah hujan. "Mereka hanya menanam, kacang, jagung dan ketela pohon serta aneka buah-buah seperti durian dan rambutan," terangnya.
Hatib, petani Desa Burneh, mengatakan himbauan itu sulit diterapkan. Mayoritas petani memiliki lumbung penyimpanan sendiri seperti di atap kandang atau dapur yang biasa disebut jurung. "Saya sendiri tidak menjual padi, padi saya pakai sendiri untuk keluarga sampai tiba musim tanam lagi." Apalagi, kata Hatib, panen tahun ini melimpah yakni mencapai 5 ton untuk satu hektar sawahnya.
MUSTHOFA BISRI