TEMPO.CO, Bandung - Meskipun sudah diresmikan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo pada 20 Februari 2013 lalu, gedung laboratorium uji doping di Institut Teknologi Bandung (ITB) belum juga berfungsi. Penyebabnya, fasilitas peralatan belum dianggarkan pemerintah.
Wakil Rektor ITB Bidang Riset dan Inovasi Wawan Gunawan mengatakan gedung laboratorium uji doping berlantai empat itu belum beroperasi setahun ini. Namun, agar gedung tak menganggur, lantai empat digunakan sebagai ruang seminar, diskusi, dan kuliah. "Lantai bawah dipakai lab farmasi," ujarnya kepada Tempo di ITB, Selasa, 15 April 2014.
ITB menunggu alokasi dana peralatan laboratorium uji doping yang berkisar Rp 100-110 miliar dari pemerintah. Jika cair, kata Wawan, separuh dananya bisa dipakai untuk mulai menjalankan uji doping. "Informasi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, akan dianggarkan pada tahun ini untuk 2015," kata Wawan.
Menurut dia, peralatan yang dibutuhkan ada tiga jenis. Instrumen itu terdiri atas peralatan analitik utama untuk mendeteksi senyawa doping, peralatan pendukung untuk menyiapkan sampel uji hingga siap dianalisis, dan bahan kimia yang meliputi senyawa pembanding doping, pereaksi, dan pelarut untuk keperluan analisis.
Karena ketidakpastian itu, ITB juga berusaha mendapatkan peralatan uji doping dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, hingga kini permintaan mereka belum direspon. "Untuk uji doping Pekan Olahraga Nasional nanti belum bisa dipakai," ujarnya.
Rencana pendirian lab uji doping yang pertama di Indonesia itu berasal dari mantan Menpora Andi Malarangeng sejak 2008. Pemerintah memberi dana Rp 20 miliar untuk renovasi gedung. Saat peresmian 2013, menteri penerusnya, Roy Suryo, mengatakan pemerintah belum punya dana untuk peralatan uji doping. "Dana (peralatan) masih harus dibantu dengan doa dulu," kata Roy saat peresmian di ITB.
ANWAR SISWADI