Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bentrok Pendukung Partai Langganan Pemilu di Yogya  

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menertibkan Alat Peraga Kampanye (APK) di jalan Tamansiswa, Yogyakarta (10/3).  ANTARA/Noveradika.
Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menertibkan Alat Peraga Kampanye (APK) di jalan Tamansiswa, Yogyakarta (10/3). ANTARA/Noveradika.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Peristiwa kekerasan antar pendukung partai politik selalu terjadi pada masa kampenye pemilihan umum di Yogyakarta. “Ini peristiwa yang hampir rutin, tidak hanya saat ini saja,” kata Koordinator Masyarakat Anti Kekerasan Yogyakarta Benny Susanto saat dihubungi Tempo, Ahad, 6 April 2014 siang.

Putaran terakhir masa kampanye di Yogyakarta diwarnai keributan antar-pendukung parpol, Sabtu sore kemarin. Massa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan kelompok yang diduga simpatisan Partai Persatuan Pembangunan terlibat bentrok di sekitar Terminal Ngabean. Sejumlah ruas jalan dan toko di sekitar lokasi tutup, warga pun ketakutan.

Masyarakat Anti Kekerasan, kata dia, mencatat kekerasan antar pendukung parpol saat masa kampanye di Yogyakarta juga pernah terjadi pada pemilu sebelumnya. “Tahun 1999, 2004, sampai 2009 juga pernah terjadi,” katanya. Bahkan, kedua partai itu, PDI Perjuangan dan PPP, dikenal memiliki sejarah saling serang. Satu contoh kasus adalah peristiwa bentrok antara massa PDI Perjuangan dan PPP di sekitar Pojok Beteng Wetan pada 2009.

Ia membagi dua sebab terjadinya kasus kekerasan antar pendukung parpol. “Potensi yang laten dan manifes,” katanya. Potensi laten, ia melanjutkan, berasal dari laskar dan kelompok “keamanan” yang terhimpun di partai-partai. Kelompok-kelompok ini biasa menguasai bisnis keamanan di wilayah tertentu dan terjadi persinggungan dengan kelompok lain. “Dari sini kemudian kekerasan itu menjadi manifes (mewujud),” katanya.

Ironisnya, kata dia, aparat keamanan cenderung menutup mata. Semestinya, pembagian zonasi kampanye yang diatur Komisi Pemilu Umum dipahami dan diterapkan secara tegas. Dalam kasus kekerasan yang terjadi kemarin, ia melihat banyak polisi berjaga di sejumlah persimpangan jalan. Namun sayangnya, bentrokan tetap tak terhindarkan. “Kerja polisi tak optimal,” katanya.

Menurut dia, polisi seharusnya sudah mampu memetakan daerah-daerah yang menyimpan potensi kekerasan. “Kalau (terjadi bentrok) seperti itu kan artinya fungsi intelijen tak jalan,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketua Divisi Sosialiasi, Pendidikan Pemilih, dan Humas KPU DIY Farid Bambang Siswantoro mengatakan konvoi dan arak-arakan di jalanan yang dilakukan simpatisan partai bukan bagian dari kampanye. Mereka, ia mengatakan, dimaknai sebagai orang yang berangkat atau pulang dari rapat umum kampanye. “Itu merupakan ranah Kepolisian,” katanya.

Polisi, kata dia, menjerat mereka dengan undang-undang lalu lintas. Apalagi dalam kasus konvoi yang kemudian berujung pada bentrokan massa. “Polisi harus mengusut,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Badan Pengawas Pemilu DIY Muhammad Najib mengatakan sepanjang masa kampanye ini polisi hanya menilang 568 pengendara motor yang melanggar lalu lintas. Secara psikologis, kata dia, polisi cenderung khawatir ketika harus berhadapan dengan massa dalam jumlah besar. “(Yang ditilang itu) paling yang tercecer (dari rombongan konvoi),” katanya dalam acara workshop “Peliputan Pemilu untuk Wartawan Media Cetak dan Media Elektronik” yang digelar Dewan Pers di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Jumat lalu.

ANANG ZAKARIA 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

4 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

7 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

44 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

48 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

52 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.