TEMPO.CO, Jakarta - Peserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat, Dino Patti Djalal, meminta pemerintah Singapura untuk melupakan tragedi McDonald House pada 1965. Sebab, menurut dia, itu kejadian masa lalu.
"Dan sudah selesai ketika Perdana Menteri Lee Kuan Yuew berziarah ke makam Usman dan Harun pada 1973," kata Dino saat menziarahi makam Usman-Harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Senin, 24 Maret 2014.
Dino mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk memajukan wilayah Asia Tenggara bersama-sama. Sejarah kelam, kata dia, biar saja menjadi catatan masa lampau. "Tak perlu diungkit lagi," ujarnya.
Bekas Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini berpendapat, Usman-Harun telah melakukan pengorbanan tinggi untuk membela Indonesia. Tugas yang diemban keduanya sebagai prajurit terdepan, ujar Dino, memang sangat penuh risiko.
Setelah menziarahi makam Usman-Harun, Dino berencana langsung terbang ke Singapura. Dia hendak mendatangi gedung McDonald House untuk menghormati korban sipil dari insiden tahun 1968.
Namun Dino tak akan menemui pejabat Singapura meski dirinya mengklaim kenal dengan beberapa di antaranya. Sebab, kata Dino, hal tersebut bukanlah porsinya. (Baca: SBY Sempat Pertanyakan Usman-Harun Palsu)
Usman dan Harun Said adalah dua orang yang melakukan pengeboman di gedung McDonald House di Orchard Road, Singapura. Pengeboman tersebut menewaskan tiga warga negara Singapura pada masa konfrontasi dengan Malaysia pada 1965.
Keduanya tertangkap, diadili, lalu dieksekusi di Singapura pada 17 Oktober 1968. Begitu jenazah mereka tiba di Tanah Air, Usman-Harun dielu-elukan sebagai pahlawan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Untuk menghormati jasa keduanya, TNI Angkatan Laut memakai nama mereka untuk menamai kapal barunya. (Baca: Usman-Harun Dilarang ke Singapura, Ini Kata Menlu)
AMRI MAHBUB
Baca juga:
Bikin Bahtera ala Nabi Nuh, Siapa Kiai Bajigur?
20 Penumpang MH370 Ternyata Teknisi Militer AS
Melihat Kapal Kiai Bajigur Lebih Dekat