TEMPO.CO, Pekanbaru - Kepala Bidang Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Agus Wibowo, mengatakan upaya pemadaman lahan terbakar di Riau melalui udara belum bisa dilakukan akibat asap terlalu pekat. "Asap pekat sekali, sehingga mengurangi jarak pandang," kata Agus kepada wartawan di Posko Penanggulangan Asap, Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Ahad, 2 Maret 2014.
Menurut Agus, semula dijadwalkan dua helikopter melepaskan bom air dari udara, namun operasi udara terpaksa ditunda karena asap terlalu pekat mengganggu jarak pandang. Kata dia, penerbangan baru bisa dilakukan jika jarak pandang minimal 1.000 meter. Sementara itu, jarak pandang berkisar 500 meter. Pemadaman saat ini difokuskan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Bengkalis. Kebakaran lahan di hutan rawa gambut itu disebut sebagai penyumbang terbesar kabut asap di Riau. Luas lahan yang terbakar mencapai 1.200 hektare.
Sementara itu, upaya untuk melakukan hujan buatan (modifikasi cuaca) juga belum bisa dilakukan, karena tidak ditemukannya sedikit pun benih awan di langit Riau. Dengan demikian, kata dia, saat ini regu pemadam hanya bisa melakukan operasi lewat darat dengan mengerahkan sedikitnya 600 personel dari gabungan tentara, polisi dan Manggala Agni.
Cagar Biosfer Giam Siak Kecil merupakan satu dari tujuh cagar biosfer yang ada di Indonesia. Hutan ini terletak di dua wilayah pemerintahan, yaitu Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Hutan rawa gambut Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil memiliki luas 84.967 hektare, sementara Suaka Margasatwa Bukit Batu berluas 21.500 hektare. Keduanya merupakan bagian dari eco-region hutan Sumatera yang dapat tergabung menjadi sebuah kawasan konservasi dengan area inti cagar biosfer seluas 178.722 hektare.
RIYAN NOFITRA
Terpopuler
Beda Jokowi-Ahok Marah Bikin Risma-Whisnu Ngakak
Prabowo: Lebih Bagus Saya Kudeta Saat itu
Indonesia dan Erick Kian Populer di Milan