TEMPO.CO, Kediri - Penurunan status Gunung Kelud belum diketahui semua warga terdampak erupsi. "Belum dengar kalau statusnya turun. Kalau di pengungsian tadi bilangnya boleh pulang tiga hari lagi," kata Agus Setyawan, warga RT 2 RW V Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kediri, Kamis, 20 Februari 2014.
Menurut Agus, kalaupun pengungsi sudah diperbolehkan pulang, ia mengusulkan agar dibuat pos pengungsian sementara di dekat Puncu. Pos pengungsian ini untuk menampung para perempuan dan anak-anak sementara rumah mereka diperbaiki.
Hingga hari ketujuh setelah erupsi Kelud, masih banyak rumah yang belum diperbaiki. Bahkan beberapa atap rumah dibiarkan berlubang karena belum mendapatkan genteng. "Kalau ibu-ibu sama anak-anak pulang, gimana? Wong atapnya terbuka gini. Nanti malah sakit, makin repot," kata Agus.
Hal senada juga diungkapkan Ari, warga Dusun Sukomoro, Desa Puncu, Kecamatan Puncu. Karena belum mendapatkan genteng, rumahnya pun belum bisa ditempati dengan layak. "Sementara ini biar di tempat pengungsian dulu."
Ia berharap bantuan genteng bisa segera datang sehingga warga terdampak letusan Kelud bisa segera membenahi rumahnya. Setidaknya mereka membutuhkan terpal untuk tutup atap rumah.
Situasi di posko pengungsian memang relatif sepi dalam beberapa hari ini. Meski penurunan status baru berlaku hari ini, banyak pengungsi yang sudah kembali ke rumah pada siang hari. Mereka baru kembali ke pos pengungsian ketika malam tiba untuk sekadar berteduh dan beristirahat. Pasalnya, rumah mereka masih belum bisa dihuni karena atap rusak terkena hujan batu dan debu vulkanis Gunung Kelud.
AGITA SUKMA LISTYANTI