TEMPO.CO, Surabaya - Hujan intensitas ringan hingga sedang diperkirakan terus mengguyur daerah terdampak erupsi Gunung Kelud. "Hujan masih akan turun di Kediri, Blitar, dan Malang atau daerah terdampak Gunung Kelud," kata prakirawan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Ahmad Bisri, pada Tempo, Ahad, 16 Februari 2014.
Berdasarkan pantauan BMKG, hujan berpotensi terjadi pada sore atau malam hari dengan durasi setengah hingga 2 jam. Hujan akan mengurangi sebaran abu vulkanik pascaerupsi Gunung Kelud, Kamis, 13 Februari 2014.
Untuk sementara ini, sebaran abu vulkanik belum terpantau lagi lantaran aktivitas Gunung Kelud sudah menurun. Meski demikian status Kelud masih dinyatakan awas. BMKG pun belum berani memastikan apakah semburan abu vulkanik benar-benar berhenti. "Statusnya kan masih awas, belum bisa dipastikan apakah sudah benar-benar aman (dari abu vulkanik)," kata Ahmad.
Arah sebaran abu vulkanik Gunung Kelud bergantung pada angin. Secara umum, abu vulkanik terjadi apabila ada erupsi. Jika erupsi terjadi di lapisan bawah permukaan hingga ketinggian 10 ribu kaki, maka sebaran abu vulkanik berpotensi bergerak dari barat ke timur dengan kecepatan 10-30 kilometer per jam. Sedangkan jika terjadi di lapisan atas yaitu di ketinggian 24 ribu hingga 39 ribu kaki, sebaran abu vulkanik berpotensi bergerak dari timur ke barat dengan kecepatan 10-40 kilometer per jam. (Baca juga:Abu Kelud Menyerbu ke Gerbong Kereta Bisnis)
Pada waktu erupsi Gunung Kelud, Kamis lalu, terjadi di lapisan atas dan bawah. Sehingga sebaran abu vulkanik mengarah ke timur dan barat. Hanya saja, karena angin di lapisan atas bergerak ke barat, maka sebaran abu vulkanik lebih banyak mengarah ke Yogyakarta dan sekitarnya.
"Yang lapisan atas anginnya ke barat, sehingga Yogyakarta yang jaraknya ratusan kilometer terkena abu vulkanik lebih parah," kata Ahmad.
Berbeda dengan wilayah Jawa sebelah timur. Ahmad mengatakan sebaran abu vulkanik juga dirasakan sampai ke Bali. Namun, tidak setebal di bagian barat.
Sementara itu, jarak pandang dari menara Bandara Juanda terpantau mencapai 6 kilometer. Aktivitas penerbangan pun sudah bisa berjalan normal, setelah sempat ditutup beberapa hari akibat tertutup abu vulkanik Gunung Kelud.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Berita lain:
Mengapa Rupiah Menguat Paling Tajam Se-Asia?
Pristono: Harga Bus Transjakarta Ditentukan BPPT
Krakatau Menggeliat, Gempa Vulkanik 212 Kali
Warga Singapura Tak Persoalkan Kapal Usman-Harun
Ustad Hariri Nyaris Lempar Mikrofon ke Bos Entis