TEMPO.CO, KEDIRI-- Setelah diguyur selama tiga jam lebih, hujan pasir yang berhembus mengiringi letusan Gunung Kelud akhirnya berhenti. Hujan ini dinilai jauh lebih hebat dibanding letusan tahun 1990.
Hujan pasir yang mengguyur kawsan kabupaten dan kota Kediri ini melumpuhkan aktivitas warga sesaat. Tak ada satupun warga baik di kota maupun di lereng Kelud yang berani keluar dari rumah dan pengungsian. "Dulu tidak sehebat ini," kata Partijo, warga Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jumat 14 Februari 2014.
Komposisi pasir yang jatuh di sekitar Kelud ini berwarna putih bersih. Sedangkan pasir yang terbang ke kawasan kota berwarna lebih abu-abu. Ketebalan pasir yang mencapai 20 centimeter di atas permukaan tanah ini sempat melumpuhkan aktivitas warga. Sejumlah sepeda motor yang nekat menyusuri jalan harus terjungkal beberapa kali karena licinnya medan jalan.
Menurut Partijo, hujan pasir ini jauh lebih hebat dibandingkan tahun 1990 lalu. Kala itu hujan hanya mengotori teras dan atap rumah mereka dengan tipis, sedangkan kali ini jauh lebih lebat dan berat. "Letusan ini jauh lebih hebat dari tahun 1990 dan 2007," katanya.
Saat ini sejumlah warga terlihat sibuk membersihkan atap rumah dari tumpukan pasir. Jika dibiarkan, hal itu akan mengancam ambruknya struktur atap mereka.
HARI TRI WASONO
Berita terkait
Pengungsi Kelud Tanyakan Obat dan Selimut
Petugas Pantau Kelud Kesulitan Komunikasi
Berita Merapi Erupsi Dipastikan Hoax
Evakuasi Korban Kelud Meliputi 10 Kecamatan