TEMPO.CO, Bangkalan - Pemerintah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, menggandeng tim ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi di Pelabuhan Penyeberangan Kamal.
Sejak Jembatan Suramadu beroperasi lima tahun lalu, lalu lintas kendaraan di Pelabuhan Kamal menurun drastis. Akibatnya, banyak usaha warga khususnya warung dan toko kelontong yang gulung tikar.
Baca Juga:
"Kami ingin ekonomi di Pelabuhan Kamal tetap menggeliat. Kami sedang susun konsep ekonomi yang tepat dengan bantuan tim ahli dari ITS," kata Wakil Bupati Bangkalan Mondir Rofi'i, Rabu, 12 Februari 2014.
Selain masalah ekonomi, kata dia, masalah lain yang muncul di Kamal adalah terus menurunnya pendapatan kapal penyeberangan (ASDP) Kamal akibat sepi penumpang. Untuk menghindari kerugian, kata dia, ASDP Kamal mengurangi jam operasi kapal feri penyeberangan. Jika sebelumnya 24 jam penuh, saat ini hanya dari pukul 05.00 sampai 21.00 setiap hari. "Ini merugikan masyarakat khususnya pejalan kaki," ujar Mondir.
Menurut Mondir, para pejalan kaki yang menyeberang di Pelabuhan Kamal sering telantar berjam-jam karena jarang ada angkutan umum untuk melanjutkan perjalanannya.
Untuk mengatasi masalah ini, Pemkab Bangkalan akan menyiapkan mode angkutan baru serta membangun terminal penghubung di Kecamatan Burneh. "Dengan cara ini para penyeberang kapal langsung terangkut ke terminal," katanya.
Mondir meminta masalah bisnis yang sedang dihadapi ASDP Kamal akibat adanya Suramadu jangan sampai merugikan masyarakat. "Kami ingin Suramadu dan penyeberangan tetap berjalan selaras," katanya.
Haji Husen, warga Kecamatan Socah, mengeluh soal minimnya angkutan umum di Pelabuhan Kamal khususnya pada malam hari. "Saya tiap hari pulang-pergi Surabaya-Madura," katanya.
Menurut juru parkir di Jalan Mayjen Soengkono, Surabaya, ini, setiap malam dia harus mencari tumpangan truk agar bisa sampai di rumah sebelum larut malam. "Kalaupun ada taksi diminta bayar mahal," ujarnya.
MUSTHOFA BISRI