TEMPO.CO , YOGYAKARTA -- Tingginya kebutuhan akan pendonoran kornea dalam upaya memberantas gejala kebutaan akibat kornea masih menjadi momok warga Yogyakarta beberapa tahun terakhir ini. Impor donor kornea yang selama ini didominasi dari benua Amarika Serikat dinilai tidak menyelesaikan masalah akibat terjadinya sejumlah kasus pencangkokan yang tidak maksimal.
"Selama ini bantuan kornea mata kebanyakan dari luar, terutama Amerika. Dari pengalaman di lapangan, kornea Amerika ketika dicangkokkan sering kali tak bisa masuk dan berfungsi baik karena perbedaan genetik ras," kata Ketua Yayasan Jogja Eye Help, lembaga yang bergerak dalam penghimpunan donor kornea Yogyakarta, Tri Kirana Muslidatun, Sabtu, 25 Januari 2014.
Untuk menyiasati kendala donor kornea itu, Yogyakarta selama ini masih cenderung mengalihkan permohoan bantuan donor kornea asal benua Asia, khususnya Singapura dan Filipina. Donor asal dua negara itu dinilai lebih cocok dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Namun karena kornea yang selama ini diperoleh mengandalkan kiriman dari luar, persediaannya pun tak bisa diandalkan.
Sejumlah faktor seperti biaya hingga proses pengiriman yang berbelit dirasa tidak relevan dibanding tingginya kebutuhan. "Kami ingin kesadaran donor kornea ini bisa berkembang di tingkat warga lokal, khususnya dari kampung-kampung," kata Kirana.
Melihat kebutuhan kornea di Yogyakarta, Kirana mengacu pada indeks survei nasional, bahwa saat ini survei kesehatan indra menunjukkan 1,5 persen penduduk Indonesia mengalami kebutaan. Satu di antara penyebab utamanya adalah kerusakan kornea mata.
Kirana menuturkan, yang menjadi kendala saat ini adalah belum sampainya wacana donor kornea ini di tingkat warga akar rumput. "Sebenarnya ini sama dengan donor darah, bedanya untuk donor kornea ini diambil pada saat orang sudah meninggal dan yang diambil pun hanya bagian selaput tipisnya, jadi bukan satu bola mata. Ini yang kerap salah dipahami," kata dia.
Untuk syarat kornea yang bisa didonorkan adalah korneanya sehat dan terbebas dari penyakit mata seperti kanker. Jogja Eye Help sendiri awal tahun ini telah merekrut 100 sukarelawan dari Paguyuban Kornea dan Galukoma Yogyakarta untuk menjadi agen yang menggelar berbagai pendekatan pada warga dalam menghimpun donor kornea. "Sasaran kami tingkat rukun warga, minimal per tahun mulai tahun ini ada dua donor kornea di tiap RW," kata dia. Di Kota Yogya sendiri terdapat 615 rukun warga.
Data Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Cabang DIY mencatat belakangan donor mata asal Amerika kini pun semakin menurun jumlahnya. Jumlah pencangkokan sepanjang 2010-2012 terus menurun jumlahnya.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Cabang DIY Prof Suhardjo beberapa waktu lalu menuturkan pasien yang membutuhkan cangkok kornea mata setiap tahunnya di RS Dr Sardjito rata rata mencapai 100 orang.
Donor mata ini sangat dibutuhkan, khususnya demi membantu kondisi sosial-ekonomi pasien dan biaya pelaksanaan operasi keratoplasti yang cukup besar, yang biasanya mencapai sekitar Rp 7 juta.
PRIBADI WICAKSONO.