TEMPO.CO , Jakarta: Pemerintah Kabupaten Tuban Jawa Timur mengkaji pembuatan bioethanol berbahan minuman keras arak. Proses pembuatan antara arak dan bioethanol hampir sama. Program pembuatan bioethanol ini mengemuka setelah 124 industri arak rumahan di Kecamatan Semanding ditutup Pemerintah Kabupaten Tuban.
Penutupan ini berdampak pada nasib 700 tenaga kerja dari enam desa di Kecamatan Semanding. Mereka yang biasanya menjadi perajin arak, menganggur. Wakil Bupati Tuban Noor Nahar mengatakan rencana industri bioethanol (cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat) berasal dari para perajin arak di enam desa di Kecamatan Semanding. “Saya langsung setuju itu," kata dia kepada Tempo, Rabu, 22 Januari 2014.
Noor Nahar menyebutkan, proses pendirian pabrik bioethanol masih dalam proses perizinan. Izin kerja akan diteken antara bekas perajin arak dan fasilitator atau perusahaan pembeli bioethanol dan Pemerintah Kabupaten Tuban. Namun semua pihak akan meneken kesepakatan bersama mengenai komitmen produk bioethanol tidak diubah menjadi arak lagi. "Sebab, mengubahnya (dari arak menjadi bioethanol) sangat mudah," kata dia.
Kantor Kecamatan Semanding dan Dinas Perekonomian dan Pariwisata Tuban berusaha mencari solusi bagi pengangguran akibat dari penutupan industri rumahan arak. Mereka akan diberikan modal atau keterampilan sesuai kemauannya. Misalnya, pendirian pabrik bioethanol, atau modal beternak kambing secara berkelompok. Sebagian masyarakat ditawari pelatihan di Balai Latihan Kerja di Tuban.
Camat Semanding Joko Sarwono mengatakan pembuatan bioetanol ini prosesnya hampir sama dengan arak. Nantinya, proses perizinan dan sejenisnya akan dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Tuban. "Kami akan dampingi itu," kata dia kepada Tempo.
SUJATMIKO
Berita Terpopuler
Mengapa Ahok Keras Menjaga Waduk Pluit?
Disebut Capres Banjir, Jokowi: Masa Bodoh!
Risma Temukan 2 Karung Duit di Kebun Binatang Surabaya