TEMPO.CO, Solo - Minuman keras tradisional Ciu khas Solo memang berbeda dengan minuman keras dari daerah lain seperti arak dan tuak yang terbuat dari sadapan nira, buah, serta beras. Ciu di Solo dibuat dari hasil penyulingan fermentasi tetes tebu.
Menurut Ketua Paguyuban Pengrajin Alkohol Bekonang, Sabariyono, tetes tebu biasa didapatkan dari pabrik gula. "Selain gula, mereka menghasilkan tetes tebu yang banyak dibutuhkan oleh industri alkohol hingga pupuk organik," katanya.
Para perajin alkohol biasanya memiliki bak-bak besar tempat menampung tetes tebu yang telah didapatkan. "Tetes tebu itu nantinya dimasukkan dalam drum," katanya. Mereka menambahkan air serta bibit fermentasi kemudian menyimpannya selama lima hari.
Mereka kemudian memprosesnya dengan tiga kali sulingan. Hasil sulingan pertama memiliki kadar alkohol 35 persen. "Hasil sulingan pertama ini yang biasa disebut ciu," katanya. Selanjutnya, ciu disuling lagi sebanyak dua kali sehingga memiliki kadar alkohol hingga 95 persen.
Menurut Sabariyono, kualitas alkohol yang diproduksi oleh para perajin memiliki kualitas yang terus semakin bagus. "Karena peralatannya juga sudah lebih modern," katanya. Karena itu, para perajin dipercaya oleh industri bahan kimia skala besar untuk memasok bahan baku berupa alkohol.
AHMAD RAFIQ