TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa terus dilakukan kelompok masyarakat dan LSM mengiringi Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) yang sedang berlangsung di Nusa Dua, Bali. Hari ini, Jumat, 6 Desember 2013, hari terakhir konferensi tersebut. Beberapa kelompok LSM menggelar aksi teaterikal di lapangan Bhajra Sandy, Renon, Denpasar.
Aksi menggambarkan WTO sebagai ikan hiu raksasa yang berusaha menyerang dan menelan negara-negara kecil sebagai mangsanya. Tapi, melalui aksi tersebut, sekelompok masyarakat berusaha menunjukkan bahwa negara-negara kecil pun bisa berbalik mengalahkan si hiu, yakni WTO.
Caranya, dengan menciptakan payung atau perlindungan yang kuat di negaranya sendiri. Kemudian, mereka bersatu mengusir hiu WTO.
Juru bicara Gerak Lawan dan Koordinator Nasional CSF-CJI (Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim) Mida Saragih, mengatakan bahwa idiom ikan sangat tepat karena WTO juga berusaha mengatur area ini. "Ini harus disikapi dengan hati-hati agar mereka tidak berusaha mengeksploitasi kekayaan kita," ujarnya.
Ia mengingatkan pemerintah Indonesia bahwa Paket Bali yang kini sedang dibahas delegasi di WTO mengancam kebijakan dan undang-undang nasional yang berkaitan dengan pangan, petani, dan pengelolaan perlindungan pasokan pangan nasional. Salah-satunya adalah pasokan pangan dari hasil kelautan.
Baca Juga:
Mida juga berpendapat, Paket Bali melemahkan posisi negara-negara yang tergabung dalam G-33. Indonesia sebagai Ketua G-33 seharusnya menjamin hasil dari konferensi ini untuk mendukung kedaulatan pangan, perlindungan petani, dan hak atas pangan. "Indonesia harus dapat memastikan proses negosiasi WTO bebas dari tekanan politik," tegasnya.
Saiful Munir dari Youth Food Movement (YFM) atau Gerakan Anak Muda Pecinta Pangan Lokal meminta pemerintah Indonesia bersatu dengan negara-negara berkembang untuk tetap berdiri bersama bangsanya, yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan skala kecil. "Petani dan nelayan adalah pahlawan pangan dan pilar penting dari kedaulatan dan keutuhan negara. Negara wajib memberikan perlindungan," katanya.
ROFIQI HASAN
Terpopuler
Selain Agnes, 6 Bintang Dunia Ini pun Salah Kostum
Ini Cuit Farhat tentang Foto Mesra Sophia-Ariel
Sperma Ternyata Punya Pasukan Pejuang
Jokowi Presiden, Ahok Otomatis Gubernur DKI