TEMPO.CO, Kupang - Sedikitnya 11 bayi di bawah lima tahun (balita) di Daerah Otonomi Baru (DOB) Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), dirawat di ruang gizi Puskesmas Betun, ibu kota DOB Malaka, karena menderita merasmus atau gizi buruk yang berakibat busung lapar. Satu balita dilaporkan meninggal.
Penderita busung lapar yang dirawat di Puskesmas Betun, menurut dia, rata-rata berasal dari keluarga miskin yang tidak memiliki Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sehingga mereka kesulitan mendapat bantuan makanan tambahan dan obat-obatan.
Pasien penderita gizi buruk yang dirawat ini, katanya, merupakan pasien komplikasi. Namun, jumlahnya sudah berkurang karena sebagian telah dirujuk ke Rumah Sakit Betun. "Keterbatasan ruangan dan dokter sehingga sebagian sudah dirujuk ke Rumah Sakit Betun," katanya.
Satu di antaranya teridentifikasi menderita gizi buruk. Akibatnya, tubuh balita itu kurus hingga tulang menonjol keluar dan hanya menyisakan kulit pembungkus tulang.
Ibu Martha, orang tua pasien, mengatakan anaknya sudah tiga minggu dirawat di Puskesmas Betun karena menderita gizi buruk. "Sudah tiga minggu anak saya dirawat di sini," katanya.
Dia mengaku sulit untuk memberikan asupan gizi bagi anaknya disebabkan faktor ekonomi. Apalagi, dia harus mengeluarkan biaya sendiri untuk membeli obat dan makanan tambahan karena kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat tidak berlaku bagi pasien gizi buruk. "Kartu Jamkesmas kami tidak berlaku sehingga harus membeli obat sendiri," katanya.
Penjabat Bupati Malaka, Herman Nai Ulu, yang dihubungi terpisah mengaku masih melakukan koordinasi dengan kepala dinas kesehatan terkait kasus gizi buruk di daerah itu. "Tunggu saya hubungi kepala dinas kesehatan dulu," katanya.
YOHANES SEO
Berita Lain:
Jokowi Menang Satu atau Dua Putaran?
Anas: Mulyana Memiliki Komitmen Tinggi
Wilayah Jakarta Siang Hari Diguyur Hujan
Jenazah Mulyana W. Kusumah Dimakamkan di Bogor
Jokowi Presiden Terpilih dalam Survei CSIS