TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Sutarman mengenang Mantan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai sosok yang luar biasa cerdas dan diberkahi daya ingat yang bagus.
"Beliau ini bisa menghafal ribuan nomor telepon, padahal beliau dua kali terkena stroke," ujar Sutarman, ketika berkunjung ke kantor Tempo di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin, 25 November 2013.
Sutarman menjadi ajudan Gus Dur -sapaan akrab Abdurrahman- pada tahun 2000. Menurutnya, Gus Dur merupakan pribadi yang jujur dan sederhana. "Dia bicara apa adanya, kejujuran itu yang saya teladani," ujar pria yang rajin puasa Senin dan Kamis ini.
Karier Sutarman di Kepolisian dimulai pada 1982, sebagai Kepala Staf Lalu Lintas Kepolisian Resor Bandung. Tak lama di situ, Sutarman naik menjadi Kepala Kepolisian Sektor Dayeuh, Bandung. Karier lulusan Akademi Kepolisian tahun 1981 ini melejit setelah menjadi ajudan Presiden Abdurrahman Wahid pada 2000. Memikul pangkat perwira menengah di pundaknya, pada 2004 Sutarman dipercaya menjadi Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya.
Kemudian berturut-turut ia menjadi Kapolda Kepulauan Riau, Kepala Sekolah Calon Perwira, Kapolda Jawa Barat, Kapolda Metro Jaya, sampai akhirnya menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Polri sejak 6 Juli 2011. Meski kariernya lengkap, jalan Sutarman juga penuh sandungan. Ia sempat dikabarkan menentang bahkan menghambat penyidikan kasus simulator kemudi yang melibatkan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Mabes Polri Inspektur Jenderal Djoko Susilo. Ia juga dituding sebagai dalang kriminalisasi penyidik KPK, Novel Baswedan.
TIKA PRIMANDARI
Berita populer:
TKI Dapat Warisan Rp 9,5 Miliar dari Majikannya
Singapura Turut Bantu Australia Sadap Indonesia
Aburizal Bakrie Menjawab Soal Operasi Dagu
Begini Peran Singapura dalam Penyadapan Australia