TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal (Purnawirawan) Abdullah Makhmud Hendropriyono mengatakan, penyadapan adalah pekerjaan 24 jam sehari yang dilakukan intelijen. Dia memaklumi penyadapan yang dilakukan intelijen Australia.
"Jangan dikira hari ini menyadap, besok tidak. Sadapan itu terjadi setiap hari, 24 jam. Semua percakapan terdengar, tapi yang diambil hanya informasi penting," kata Hendro kepada Tempo di rumahnya di bilangan Senayan, Jakarta, Kamis, 21 November 2013.
Menurut Hendro, Australia sudah lama menyadap Indonesia meski belakangan baru terungkap setelah laporan penyadapan dimuat di harian Sydney Morning Herald pada 31 Oktober 2013. Harian itu memberitakan tentang keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Besar Australia di Jakarta dan negara-negara lain. Laporan juga menyebutkan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Besar AS di Jakarta.
Laporan terkini dari lansiran media berita Australia itu menyebutkan bahwa penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dilakukan selama 15 hari pada Agustus 2009. Selain terhadap SBY, penyadapan juga dilakukan terhadap Ibu Negara Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, dan sejumlah menteri. Semua laporan itu didasari oleh bocoran dokumen dari mantan intelijen AS, Edward Snowden.
Hendro yakin semua kedutaan besar negara mana pun melakukan penyadapan. Dia mengistilahkan dubes sebagai intelijen yang menjalankan operasi dengan metode putih alias terang-terangan. "Tak bakal ada kedutaan yang mau mengaku, tapi penyadapan itu adalah pasti. Kedutaan besar adalah intelijen yang melakukan penyelidikan secara terbuka," kata dia. (Baca juga:Penyadapan dan Perang Hacker Jadi Sorotan Netizen)
MUHAMAD RIZKI | PRAM
Berita Terkait
Hacker Indonesia Lumpuhkan Situs Polisi Australia
Harta Angelina Sondakh yang Janggal
Sebut Marty Bintang Porno, Mark Textor Minta Maaf
Jokowi Datang, Antrean Pasien Buyar
Hacker Australia Dinilai Lebih Profesional