TEMPO.CO, Mataram - Memburuknya hubungan antara Indonesia dan Australia tidak membuat turis asal Negeri Kanguru yang ke Lombok dan daerah lainnya di Nusa Tenggara Barat (NTB) berkurang. Terutama mereka yang tergolong free individual traveler. (Baca: Turis Australia Masih Mengalir ke Bali)
“Meskipun ada travel warning, tidak akan ada pengaruhnya,” kata Direktur Penjualan Hotel Sheraton Senggigi, Jelantik Suharta, kepada Tempo, Jumat sore, 22 November 2013.
Jelantik menunjukkan bukti, yakni terus meningkatknya load factor penumpang Jest Star yang terbang dari Perth, Australia Barat, langsung ke Lombok. Selain itu, tidak ada turis Australia yang membatalkan pemesanan kamar untuk tiga bulan mendatang. “Bahkan masih banyaknya permintaan promosi dari wholesaler Autralia khusus untuk Lombok,” ujarnya.
Ketua Lombok Hotel Association (asosiasi hotel berbintang di Lombok) Stephane Servin juga mengatakan, travel warning tidak mempengaruhi kedatangan wisatawan Australia ke Lombok. Hubungan Indonesia dan Australia panas-dingin selama 10 tahun terakhir dan selalu disertai travel warning.
“Wisatawan adalah wisatawan, bukan politisi. Bagi mereka (travel warning) diacuhkan saja,” tutur Stephen, yang juga General Manager The Santosa Villas and Hotel Lombok.
Selama ini jumlah wisatawan Australia yang datang ke lombok dan Sumbawa sekitar 12 persen dari satu juta wisatawan berbagai negara yang melancong ke dua pulau di NTB itu.
Bukti yang lebih nyata dikemukakan Manajer Operasi dan Teknik Bandara Internasional Lombok Adhi Utomo. Menurut dia, rata-rata pesawat Jet Star jenis Airbus 320 rute Perth-Lombok empat kali seminggu sejak 24 September 2013 lalu membawa 91 orang penumpang dari kapasitas. “Sering mencapai 85 persen dari kapasitasnya 160 orang,” katanya.
SUPRIYANTHO KHAFID
Terpopuler
Ini Dia Orang Indonesia Paling Tajir
Disebut Bintang Porno, Marty: Mereka Putus Asa
Daftar Lengkap 50 Orang Indonesia Paling Kaya
Perlu Berapa Jam untuk Membobol Situs Australia?