TEMPO.CO, Yogyakarta - Peneliti bencana dari Fakultas Teknik UGM, Wahyu Wilopok, menyarankan pembangunan sistem yang memadukan seluruh informasi yang didapat dari sensor pemantauan bencana di sekitar lereng Gunung Merapi. Pembangunan itu mendesak karena berkaitan dengan bencana sekunder, seperti banjir bandang atau banjir lahar dingin.
"Material sisa erupsi yang bisa memicu banjir lahar dingin masih 40 juta meter kubik," kata dia, Selasa, 19 November 2013.
Wahyu mengatakan, selama ini sebenarnya sudah banyak sensor pemantau kondisi hulu sejumlah sungai di lereng Merapi. Namun, data dari beragam sensor pendeteksi debit air dan aliran material di hulu sejumlah sungai, serta pergerakan material sisa erupsi, belum terpadukan.
Dia menyarankan, ada tambahan sensor bergelombang ultrasonik di hulu yang menghasilkan data valid. "Tim dari Fakultas Teknik UGM sudah merancang alat itu, tapi baru digunakan di sekitar areal penambangan milik Pertamina," kata dia.
Ketua Jurusan Teknik Fisika UGM, Profesor Sunarno, mengingatkan publik agar memantau peningkatan debit air di hulu sejumlah sungai di lereng Merapi. Caranya, bisa dengan mengakses saluran frekuensi radio milik Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI).
Profesor Sunarno yang juga merupakan Ketua ORARI DIY itu mengatakan, informasi curah hujan sudah direkam sensor yang dipasang tim riset gabungan Laboratorium Sensor dan Sistem Telekontrol, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM dan ORARI DIY di puncak Merapi. "Bisa diakses masyarakat di saluran frekuensi 144.100 Mhz," kata dia.
Sensor itu berupa tabung, berisi semacam timbangan yang bisa bergerak ke kiri dan kanan ketika hujan turun. Begitu curah hujan di puncak Merapi mencapai tinggi maksimal, timbangan itu berhenti bergerak dalam posisi sejajar. "Akan terdengar alarm dengan nada tinggi. Kalau sudah begitu, yang di areal bawah harus bersiap," ujar dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Terpopuler
KPK Beri Isyarat Ratu Atut Terseret Kasus Korupsi
Menlu Tarik Dubes Indonesia di Australia
Diperiksa KPK 17 Jam, Kasir Suami Airin Pucat
Kicauan Lengkap SBY di Twitter Soal Penyadapan