TEMPO.CO, Brebes - Kerasnya perjuangan mengurus amnesti sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi membuat Supari, 31 tahun, tak ingin kembali ke negeri yang kaya minyak itu. “Kecuali umrah atau naik haji,” kata warga Desa Luwungbata, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes itu kepada Tempo, Ahad, 17 November 2013.
Supari dan istrinya, Karsi, 30 tahun, sudah genap lima tahun menjadi TKI di Arab Saudi. Mereka berangkat pada 13 November 2008 melalui kantor cabang sebuah perusahaan jasa TKI (PJTKI) di Brebes. Kemiskinanlah yang memaksa mereka menjadi TKI setelah delapan bulan menikah.
Menurut Supari, tidak sedikit TKI yang pingsan karena berdesak-desakan saat mengurus surat perjalanan laksana paspor (SPLP) di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah. Ini terjadi sebelum tenggat yang diberikan Pemerintah Arab Saudi bagi para tenaga kerja asing yang overstay di negeri itu terlampaui. (Baca juga: kisah mereka yang terjaring razia).
“Anak-anak kecil dibawa semua,” ujarnya. Muhammad Jaelani, anak keduanya yang kini berumur lima bulan, ikut dibawa. Bahkan, dari pengamatannya, ada satu yang meninggal dalam antrean, seorang TKI asal Nusa Tenggara Barat yang berusia sekitar 35 tahun. “Herannya, tidak ada yang mengurusi.”
Selain pengap karena saking berjubelnya manusia, Supari menambahkan, para TKI tidak menemukan toilet di kantor KJRI Jeddah itu. Tak ayal lagi, sebagian TKI terpaksa mengenakan pamper atau popok bayi sekali pakai daripada kembali ke urutan belakang lantaran harus buang air kecil dengan keluar dari barisan.
Perjuangan tidak berhenti sampai di situ. Setelah mendapat SPLP, TKI harus mencari exit permit atau izin meninggalkan negara di kantor imigrasi Arab Saudi. Pelayanan exit permit bagi TKI hanya satu hari dalam sepekan. Ribuan TKI kembali berjejal untuk mendapat stempel biru di SPLP itu.
Saking padatnya antrean di kantor Imigrasi Jeddah, Supari terpaksa menguruskan exit permit Karsi dan dua TKI perempuan lain di kantor Imigrasi Madinah. Setelah melewati proses panjang, Karsi dan dua TKI lain itu bisa pulang lebih awal dari Supari. Ketiganya tiba di Jakarta pada 10 Oktober.
DINDA LEO LISTY
Terpopuler
Jonas Minta Maaf, FPI Tetap Ingin Dia ke Penjara
Pemerintah Waspadai 'Cyber Crime'
Pengguna Teknologi Diajak Peduli Cyber Crime
Mariah Carey Merasa Dibohongi di Idol