TEMPO.CO, Ternate - Penetapan hasil rekapitulasi suara pemilihan Gubernur Maluku Utara di delapan kecamatan wilayah Kabupaten Kepulauan Sula, Sabtu, 16 November 2013 di Sofifi berakhir ricuh. Sejumlah pendukung pasangan Abdul Gani Kasuba-Muhammad Natsir terlibat bentrokan dengan polisi. Akibatnya, tujuh orang pendukung terluka terkena tembakan.
Menurut data yang dihimpun Tempo, insiden ini bermula saat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Maluku Utara berkukuh menetapkan suara delapan kecamatan bermasalah di Kabupaten Kepulauan Sula. Dalam penetapan itu, pasangan Ahmad Hidayat Mus-Hasan Doa menjadi pasangan yang memperoleh suara terbanyak.
Tak menerima hasil pleno, pendukung pasanga Abdul Gani Kasuba-Muhammad Natsir berusaha masuk ke ruang pleno namun dicegah polisi. Bentrokan dengan polisi akhirnya tak terhindarkan. Polisi yang berjaga di sekitar kantor KPU Maluku Utara melepaskan tembakan gas air mata ke arah kerumunan massa.
Menurut Dino Umahuk, juru bicara pasangan Abdul Gani Kasuba-Muhammad Natsir, pihaknya sebenarnya tidak ingin bentrok. Tetapi langkah yang diambil pendukung pasangan Abdul Gani Kasuba-Muhammad Natsir merupakan langkah untuk mempertahankan kebenaran.
“Keputusan KPU Maluku Utara sudah mencederai hak masyarakat. Apalagi dasar keputusan diambil dari lembaran rekapitulasi yang jelas-jelas terlihat ada kecurangan,” kata Dino kepada Tempo.
Dino mengatakan, pendukung yang terkena tembakan adalah Hendrik Drakel (30), Yamin (40), Hasyim (34), Sukiman (22), Saleh (23), dan Abdurahman (29). Mereka tertembak saat mengelar aksi protes di Sofifi.
Juru bicara Kepolisian Daerah Maluku Utara Komisaris Besar Hendrik Badar mengatakan, penembakan terhadap pendukung salah satu calon pasangan gubernur-wakil gubernur itu dilakukan lantaran aksi massa sudah mengarah pada kerusuhan. “Kami lakukan sesuai prosedur,"kata Hendrik.
BUDHY NURGIANTO