TEMPO.CO, Yogyakarta - Kawasan wisata utama Kota Yogyakarta, Jalan Malioboro, dinilai sudah mencapai titik jenuh. Hal ini disebabkan semakin padatnya kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun di pusat perbelanjaan Kota Gudeg itu.
"Kami pada 2014 mendatang mulai menata kawasan Kali Code, tepat di belakang Jalan Malioboro sebagai area pedestrian sekaligus destinasi wisata alternatif baru untuk memecah kepadatan Malioboro," kata Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti menjawab pertanyaan Tempo, Ahad, 10 November 2013.
Baca Juga:
Haryadi mengatakan langkah strategis diperlukan untuk mengurai kepadatan dan kejenuhan wisata di Malioboro. Langkah paling dekat yang sudah digagas lama oleh pemerintah kota tak lain memberdayakan kawasan penyangga di sekitarnya, salah satunya kawasan Kali Code.
"Memang sulit karena kawasan bantaran kali ini sudah terlanjur padat dengan permukiman, dengan beragam persoalan dari lingkungan hingga sosial," kata Haryadi. Oleh sebab itu, untuk memulai menata kawasan itu pemerintah kota pun tak langsung serta-merta menyulap bantaran yang total panjangnya tujuh kilometer mulai dari jembatan Rumah Sakit Sardjito hingga Jembatan Tungkak itu. Pemerintah kota akan mengambil satu wilayah atau titik yang bisa menjadi pendorong titik lainnya untuk lebih cepat ditata.
"Sebagai sampelnya kami akan pilih kampung Suryatmajan, persis di belakang Malioboro," kata Haryadi. Kampung padat penduduk di bantaran Code itu akan disulap agar mencerminkan satu wilayah bantaran yang layak dikunjungi turis baik domestik maupun mancanegara.
"Misalnya soal arsitektur dan penataan permukimannya, bagaimana agar tidak tampak kumuh dan mendukung sarana kampung wisata dengan lanskap sungai," kata dia. Pemerintah dalam soal ini akan berupaya menata rumah-rumah di bantaran itu agar seragam menghadap sungai dengan tujuan warga tidak membuang sampah di sungau.
"Sungai akan menjadi pemandangan utama para warga sehingga terjaga kebersihannya," kata dia. Selain itu, di sepanjang jalan kampung di bantaran itu akan diberikan sebuah pemandangan segar dengan sejumlah ruang terbuka hijau seperti pergola.
"Kami akan siapkan juga sarana instalasi air bersih agar konsumsi air lebih terjaga dan wisatawan tidak jijik," kata dia.
Haryadi menuturkan, jika lingkungan dan kondisi sosial masyarakat telah dikelola dengan baik maka efek berupa aspek ekonomis akan didapatkan. "Kesejahteraan warga juga meningkat karena wisatawan jadi mau ke situ," kata dia.
Saat ini proyek tersebut tengah digodok bersama oleh pemerintah pusat, Balai Besar Sungai Wilayah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota. Biaya yang diperkirakan untuk mengubah wajah di satu kampung itu sendiri diperkirakan sekitar Rp 30 miliar.
"Akhir 2014 kami target satu kampung selesai ditata dan kemudian ke daerah lain di sepanjang bantaran Code," katanya.
PRIBADI WICAKSONO
Baca juga:
Kota Malang Memiliki 25 Bangunan Cagar Budaya
Balikpapan Siapkan Desa Khusus Wisata
KA Jaladara Gratis untuk Pelajar Tak Mampu
Tujuan Wisata Favorit 2014 Versi Lonely Planet