TEMPO.CO, Surabaya--Para pekerja seks di kawasan Dolly nampaknya tidak ingin ketinggalan memperingati Hari Pahlawan, Ahad, 10 November 2013. Mereka menggelar upacara dengan mengenakan topeng Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Panitia peringatan Hari Pahlawan, Anis mengatakan ada sekitar 300 pekerja seks gang Dolly yang mengikuti upacara ini. Selain mengikuti upacara, mereka menggelar tumpengan sebagai refleksi Hari Pahlawan. "Kami ingin menunjukkan nilai-nilai kepahlawanan bisa tumbuh di mana saja," kata Anis, yang juga aktivis Paguyuban Pekerja Lokalisasi (PPL), kepada Tempo.Para pekerja komersial dengan khidmat mengikuti upacara. Selain topeng, ada pula yang mengenakan masker agar terhindar dari bidikan kamera para wartawan. Seusai upacara, mereka mendapat suguhan hiburan musik dangdut sambil berjoget bersama warga setempat.
Menurut Anis, kegiatan peringatan Hari Pahlawan ini menangkal berita negatif yang sering kali ditujukan kepada komunitas lokalisasi. Apalagi, pemerintah daerah sedang gencar menutup lokalisasi. Padahal, kata Anis, penutupan lokalisasi bukan solusi untuk mengentaskan warga dari kemiskinan. Pemerintah dianggap tidak serius menuntaskan persoalan prostitusi.
Pemerintah, kata Anis, seharusnya terlebih dulu melakukan analisis lingkungan dan sosial untuk menggali potensi lokal para mantan pekerja seks. Mereka hanya diberikan bekal pelatihan, tapi ternyata tidak bisa dimanfaatkan ketika kembali ke daerah.
"Mereka dilatih salon, menjahit, memasak, manik-manik, tapi ternyata tidak bisa dipakai di daerah asal mereka," kata Anis.
Anis, yang juga penasihat Komunitas Pemuda Independen, menilai pemerintah seakan menghilangkan kewajiban untuk menutup lokalisasi. Walhasil, nasib warga yang bergantung pada aktivitas di lokalisasi, seperti pedagang kaki lima, tukang becak, dan buruh cuci, luput dari perhatian. "Kami meminta pemerintah berpikir ulang. Biarkan lokalisasi ini tetap hidup," ujarnya.
AGITA SUKMA LISTYANTI