TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Pengawas Pemilu Muhammad mengakui pihaknya mendapat fasilitas mobil Toyota Camry. Namun ia menampik jika mobil Camry disebut mobil mewah. "Camry itu kendaraan eselon I. Camry bukan lagi barang mewah. Sudah murah, sekitar Rp 400 juta," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat, 8 November 2013.
Sebuah situs laman menyebutkan harga Camry di Jakarta berkisar Rp 498 juta (tipe G) hingga Rp 672 juta (tipe hybrid). Muhammad menjelaskan, pengadaan Camry itu sudah dianggarkan jauh-jauh hari, bukan pembelian mendadak. "Diprogramkan sejak 2013 dari anggaran 2013 lewat pengadaan kendaraan dinas yang ditenderkan. Tendernya terbuka," kata dia.
Ia menambahkan, jika mengacu pada undang-undang, mobil dinas yang sudah dipakai lima tahun bisa diganti dengan alasan untuk meningkatkan mobilitas. "Memang sudah waktunya diganti. Nanti kalau kendaraannya tidak stabil malah menghambat kerja," katanya.
Sebelumnya, Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahuddin, mengungkap pembelian mobil mewah oleh Komisioner Badan Pengawas Pemilu. "Saya mengutuk keras pembelian lima mobil mewah merek Camry untuk lima anggota Bawaslu. Di saat rakyat tengah gundah lantaran pemilu terus bermasalah, Bawaslu kok malah membeli mobil mewah," katanya saat memberikan keterangan pers di kantor KPU, Kamis, 7 November 2013.
Anggota Bawaslu dianggap tidak peka. "Visi dan misi untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas hanya omong kosong belaka," katanya. Menurut Said, mobil mewah selain mahal harga pembeliannya, juga mahal perawatannya. Bawaslu seharusnya tak memboroskan duit. Cukup memakai mobil warisan anggota periode sebelumnya.
"Usia kendaraan itu baru sekitar 5 tahun. Masih bisa diandalkan untuk mendukung mobilitas kerja anggota Bawaslu. Jadi ini betul-betul pemborosan yang nyata," katanya.
Said menyebut anggota Bawaslu sepertinya sedang menikmati zona nyamannya. "Mereka seperti dirasuki sindrom pejabat pengejar kemewahan. Alih-alih memikirkan cara memperbaiki kinerja lembaganya yang sering mendapat kecaman publik, mereka justru lebih mementingkan cara memuaskan gaya hidup mewah," katanya.
FEBRIANA FIRDAUS
Terpopuler:
Curhat Adik Atut: Kenapa Tempo Marah Sekali?
Ini Daftar Para Penerima Dana Haram Hambalang
Trik Antisadap Angelina Sondakh Disarankan Ditiru
Ratu Atut Sering 'Malming' di Singapura
SBY Sindir Jakarta Macet, Dishub Bela Jokowi
Di Depan Investor, Boediono Bacakan Pidato Basi
Isu Kemacetan untuk Jatuhkan Elektabilitas Jokowi
Apa Sebab Jokowi Diserang Demokrat Soal Macet
Tahun Baru ala Atut: ke Taiwan