Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Musim Hujan, Warga Diminta Waspadai Merapi  

image-gnews
Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Status Gunung Merapi saat ini masih aktif normal. Meski demikian, asap solfatara terus berembus seiring datangnya hujan di puncak gunung. Kadang asap itu berembus tipis, namun sering juga berupa gumpalan asap putih tebal.

Karena itulah, pada musim hujan ini, masyarakat di sekitar sungai yang berhulu di Merapi diharapkan terus meningkatkan kewaspadaan. Sebab, potensi banjir masih ada. "Merapi terus mengembuskan asap sulfatara. Jika hujan lebat, asapnya semakin tebal," kata Lasiman Pecut, petugas pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Sleman, DIY, Rabu, 6 November 2013.

Pada akhir Oktober 2013 lalu, data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta merilis, secara seismik, dalam sepekan tercatat gempa guguran 78 kali, multiphase dua kali, dan tektonik lima kali.

Pada minggu sebelumnya tercatat gempa guguran 51 kali, multiphase satu kali, gempa tektonik delapan kali, dan low-high frequence dua kali. Guguran yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 140 milimeter dengan durasi 90 detik. "Dari data itu, status Merapi masih normal," kata dia.

Secara seismik, gunung itu menunjukkan ada aktivitas yang masih tergolong normal. Pada 1 November terjadi gempa vulkanik B sebanyak satu kali, gempa low-high frequence sebanyak sembilan kali, gempa multiphase tiga kali, guguran 10 kali, dan tektonik satu kali.

Pada 2 November 2013, terjadi low-high frequence sebanyak satu kali, guguran empat kali, dan tektonik jauh sebanyak satu kali. Sedangkan pada 3 November terjadi guguran empat kali dan tektonik satu kali.

Untuk mengantisipasi ancaman banjir lahar dingin (lahar hujan), sebanyak 12 alarm dipasang untuk peringatan dini. Alarm itu dipasang dan dihubungkan dengan sungai-sungai yang berhulu di Merapi, yaitu Kali Gendol, Opak, Kuning, Boyong, dan Krasak. "Jika banjir mencapai level tertentu, alarm akan berbunyi," kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman, Heru Saptono.

Menurut dia, selain dengan alarm, BPBD aktif memberikan informasi perkembangan aktivitas Merapi dan cuaca kepada masyarakat melalui radio komunikasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Data di BPPTKG menunjukkan, tujuh sungai yang masih berpotensi banjir lahar hujan adalah Kali Putih, Senowo, Trising, Apu, Pabelan, Gendol, dan Woro. Saat ini, total masih ada sekitar 70 juta meter kubik material vulkanik yang sewaktu-waktu bisa terbawa banjir akibat hujan deras.

Secara terperinci, potensi banjir lahar dingin di Kali Senowo 5,5 juta meter kubik, Kali Trising 5,6 juta meter kubik, Kali Apu 8,7 juta meter kubik, Kali Gendol 19 juta meter kubik, Kali Pabelan 8,1 juta meter kubik, dan Kali Woro 3,9 juta meter kubik.

MUH SYAIFULLAH

Berita Terpopuler:
Ibas Disebut Punya Tato, Ani SBY: Itu Fitnah Keji 
Insiden Es Tebu Rombongan Golkar Riuh di Twitter
Gadis Virtual Sukses Deteksi Ribuan Pedofil
Ical: Saya Tidak Minum Es Tebu
Cara Ratu Atut Habiskan Rp 1 Miliar untuk Dandan
Hakim Cantik Vi Disebut Suka Aneka Pria  

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

3 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

6 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

9 hari lalu

Atraksi jathilan di Sleman, DI Yogyakarta. Dok. Istimewa
Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.


Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

25 hari lalu

Suasana Pasar Takjil Kaliurang di lereng Gunung Merapi Sleman Yogyakarta yang berlangsung 29-31 Maret 2024. (Dok. Istimewa)
Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.


Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

26 hari lalu

Kawasan wisata Tebing Breksi di Sleman, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.


Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

35 hari lalu

Gunung Merapi di Yogyakarta. Dok. BPPTKG Yogyakarta.
Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

42 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

47 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

50 hari lalu

Kubah lava Gunung Merapi terlihat dari Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Rabu, 24 Januari 2024. Data BPPTKG pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas guguran di daerah potensi bahaya dan menghimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar serta awanpanas guguran terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi yang saat ini berada di tingkat aktivitas Siaga (level III). ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Tiga dari tujuh awan panas guguran tadi sore jarak luncurnya melampaui 2.000 meter.


Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

50 hari lalu

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran pada Jumat petang, 28 Juli 2023. Dok. BPPTKG.
Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tujuh kali pada Senin sore. Awan panas menuju arah barat daya.