TEMPO.CO, Yogyakarta - Status Gunung Merapi saat ini masih aktif normal. Meski demikian, asap solfatara terus berembus seiring datangnya hujan di puncak gunung. Kadang asap itu berembus tipis, namun sering juga berupa gumpalan asap putih tebal.
Karena itulah, pada musim hujan ini, masyarakat di sekitar sungai yang berhulu di Merapi diharapkan terus meningkatkan kewaspadaan. Sebab, potensi banjir masih ada. "Merapi terus mengembuskan asap sulfatara. Jika hujan lebat, asapnya semakin tebal," kata Lasiman Pecut, petugas pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Sleman, DIY, Rabu, 6 November 2013.
Baca Juga:
Pada akhir Oktober 2013 lalu, data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta merilis, secara seismik, dalam sepekan tercatat gempa guguran 78 kali, multiphase dua kali, dan tektonik lima kali.
Pada minggu sebelumnya tercatat gempa guguran 51 kali, multiphase satu kali, gempa tektonik delapan kali, dan low-high frequence dua kali. Guguran yang terjadi memiliki amplitudo maksimal 140 milimeter dengan durasi 90 detik. "Dari data itu, status Merapi masih normal," kata dia.
Secara seismik, gunung itu menunjukkan ada aktivitas yang masih tergolong normal. Pada 1 November terjadi gempa vulkanik B sebanyak satu kali, gempa low-high frequence sebanyak sembilan kali, gempa multiphase tiga kali, guguran 10 kali, dan tektonik satu kali.
Pada 2 November 2013, terjadi low-high frequence sebanyak satu kali, guguran empat kali, dan tektonik jauh sebanyak satu kali. Sedangkan pada 3 November terjadi guguran empat kali dan tektonik satu kali.
Untuk mengantisipasi ancaman banjir lahar dingin (lahar hujan), sebanyak 12 alarm dipasang untuk peringatan dini. Alarm itu dipasang dan dihubungkan dengan sungai-sungai yang berhulu di Merapi, yaitu Kali Gendol, Opak, Kuning, Boyong, dan Krasak. "Jika banjir mencapai level tertentu, alarm akan berbunyi," kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sleman, Heru Saptono.
Menurut dia, selain dengan alarm, BPBD aktif memberikan informasi perkembangan aktivitas Merapi dan cuaca kepada masyarakat melalui radio komunikasi.
Data di BPPTKG menunjukkan, tujuh sungai yang masih berpotensi banjir lahar hujan adalah Kali Putih, Senowo, Trising, Apu, Pabelan, Gendol, dan Woro. Saat ini, total masih ada sekitar 70 juta meter kubik material vulkanik yang sewaktu-waktu bisa terbawa banjir akibat hujan deras.
Secara terperinci, potensi banjir lahar dingin di Kali Senowo 5,5 juta meter kubik, Kali Trising 5,6 juta meter kubik, Kali Apu 8,7 juta meter kubik, Kali Gendol 19 juta meter kubik, Kali Pabelan 8,1 juta meter kubik, dan Kali Woro 3,9 juta meter kubik.
MUH SYAIFULLAH
Berita Terpopuler:
Ibas Disebut Punya Tato, Ani SBY: Itu Fitnah Keji
Insiden Es Tebu Rombongan Golkar Riuh di Twitter
Gadis Virtual Sukses Deteksi Ribuan Pedofil
Ical: Saya Tidak Minum Es Tebu
Cara Ratu Atut Habiskan Rp 1 Miliar untuk Dandan
Hakim Cantik Vi Disebut Suka Aneka Pria