TEMPO.CO, Yogyakarta - Kadipaten Puro Pakualaman Yogyakarta berduka. Seorang pangeran dari keturunan terakhir Pakualaman VIII, Kanjeng Pangeran Hario Dhoyokusumo, 63 tahun, meninggal pada Ahad 3 November 2013.”Beliau meninggal pukul 14.00 WIB di rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta,” kata Pengageng Puro Pakualaman Yogyakart KPH Tjondrokusumo kepada Tempo.
Tjondro mengungkapkan, adik tirinya tersebut selama ini tidak pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit tertentu. ”Tidak ada penyakit tertentu yang membuat beliau di rawat. Namun hari ini ia diketahui sakit di rumah kemudian saat dibawa ke rumah sakit sudah wafat,” ungkapnya. Dhoyo diduga terkena serangan jantung. Tjondro sendiri belum mengetahui proses rencana pemakaman adik tirinya itu. "Masih dirembug keluarga," kata dia.
Dhoyokusumo merupakan putra terakhir Kajeng Gusti Pangeran adipati Ario (KGPAA) Pakualam VIII dari istri keduanya yang berasal dari Keraton Mangkunegaran Solo, Kanjeng Raden Ayu (KRAy) Ratnaningrum. Dhoyo merupakan pangeran paling buncit dari tujuh bersaudara satu ibu.
Pakualaman VIII dari istri pertamanya KRAy Purnamaingrum memiliki lima putera di mana putra tertuanya kini yakni KGPAA Ambarkusumo dinobatkan menjadi Pakualaman IX.
Di mata para kerabat, Dhoyokusumo dikenal sebagai pribadi yng anteng, tidak neko neko. Termasuk dalam kisruh internal besar Puro Pakualaman tahun lalu antara dua anak tertua dari kedua permaisuri. Yakni KPH Angling Kusumo melawan kubu KPH Ambarkusumo. Anglingkusumo merupakan anak tertua permaisuri kedua alias kakak paling tua Dhoyokusumo.
Kerabat Puro Pakualaman, KPH Kusumo Parastho menuturkan Dhoyokusumo merupakan pangeran paling anteng dan tak suka terlibat dalam kisruh yang selama ini terus terjadi di antara kerabat dalam perebutan tahta istana. ”Dia anteng, nggak pernah terlibat begituan,” kata dia. Selama ini Dhoyo sendiri juga banyak tinggal di Jakarta dan memiliki usaha di sana.
Meninggalnya Dhoyo sempat membuat geger sejumlah pihak. Nama dia mirip dengan kalangan keluarga Keraton Yogyakarta, yakni adik Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Bendoro Pangeran Hario Joyokusumo.
“Gusti Joyo sedang refreshing ke Jakarta, masih sehat sehat saja,” kata penjaga rumah Joyo di kompleks Keraton Yogyakarta Supriyanto. Namun ia membenarkan jika Joyokusumo masih bergerak dengan kursi roda akibat stroke yang dideritanya.
PRIBADI WICAKSONO