TEMPO.CO , Surabaya:Sulitnya mendapat pekerjaan membuat Bagong menjadi seorang preman. Tapi bukan sembarang preman. Dia merupakan suplier pekerja seks komersial.
Lulus dari sekolah menengah atas tahun 1982, Bagong mencoba melamar pekerjaan ke sejumlah perusahaan. Hasilnya nihil. "Akhirnya terhanyut bersama teman-teman, mabuk, jadi preman," kata Bagong.
Kehidupannya sebagai preman mengantarkan Bagong pada dunia prostitusi. Pada 1995, ia kerap nongkrong di kawasan Jarak. Saat itu, Jarak dan Dolly sudah dikenal sebagai kawasan prostitusi bergengsi. Permintaan untuk menyediakan gadis-gadis bisa 'dijual' semakin meningkat.
Bagong pun diminta untuk memenuhinya. Berbekal ilmu bohong, Bagong mencari para perempuan hingga ke seluruh Jawa Timur. Mulai Sidoarjo, Bojonegoro, Situbondo, Jember hingga Blitar pernah disasarnya demi mengisi lokalisasi. Warung-warung makan didatanginya. Tidak jarang, ia ngendon di Terminal Purabaya untuk mencari mangsa yang lugu. Targetnya, perempuan berusia 18 tahun sampai 25 tahun. Atau mereka yang berusia lebih dari 25 tahun tapi masih terlihat bahenol.
"Pakai ilmu bohong, saya bilang ke mereka kalau mau dipekerjakan jadi pembantu. Pokoknya gimana caranya," kata Bagong pada Tempo, Rabu, 16 Oktober 2013.
Meski permintaan terus berdatangan, tapi Bagong tidak pernah memaksa buruannya. Pernah, ada seorang gadis yang semula bersedia tapi kemudian berubah pikiran ketika di perjalanan. "Ada yang masih anak terus mberot (tidak mau ikut). Ya dikembalikan. Tidak ada pemaksaan," katanya.
Sasaran utama Bagong biasanya janda atau perempuan yang sudah menikah tetapi ditinggal sang suami. Mereka biasanya lebih mudah untuk dibujuk. Faktor ekonomi memaksa mereka untuk menurut untuk dipekerjakan di dunia prostitusi.
Setelah mendapat buruan, Bagong pun menyerahkannya kepada pengepul. Dalam 1-2 minggu berburu, Bagong bisa mendapatkan 3-5 perempuan. Untuk satu orang, Bagong mendapat komisi Rp 1-1,5 juta. Tapi uang hasil berburu itu dibagi dengan 4 rekannya.
Setelah di tangan pengepul, Bagong pun lepas tangan. Para perempuan itu kemudian dikarantina untuk dilatih menjadi pekerja seks komersial.
'Bisnis' yang dilakoni Bagong sampai pada titik akhir. Ayah dua anak ini masih ingat betul malam takbiran 2002. Kala itu, Bagong tiba-tiba menangis mendengar sebuah ceramah. "Ada ustad yang ceramah, kekayaan nggak ada batasnya, kemiskinan nggak ada batasnya, tapi umur ada batasnya. Itu terngiang-ngiang terus sampai sekarang," ujarnya.
Itulah titik balik Bagong. Ia bertekad untuk tobat dan berhenti dari lembah hitam yang dijalaninya.Tekad Bagong untuk berhenti pun disambut Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur. Pada 2009, MUI Jawa Timur bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana menutup seluruh lokalisasi yang ada di Jawa Timur. Bagong pun dilibatkan.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Topik Terhangat:
Ketua MK Ditangkap | Dinasti Banten | Setahun Jokowi-Ahok | Pembunuhan Holly Angela
Berita Terpopuler:
Ada Cacing Hati di Sapi Jokowi
Istri Akil Mochtar Minta KPK Buka Rekeningnya
Jokowi: Lihat Saja Nanti Siapa yang Disembelih
Roy Suryo Larang Timnas U-19 Temui Politikus
Mau Blusukan, Sultan HB X Minta Mobil Baru