TEMPO.CO, Sukabumi- Hasil tangkapan ikan nelayan Pantai Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat, menurun drastis sepanjang Agustus dan September ini. Menurut sejumlah nelayan, seharusnya saat ini masuk ke musim selatan yang biasanya ditandai dengan tangkapan yang cukup banyak, namun gelombang besar dan sedikitnya jumlah ikan di kawasan tangkap membuat puluhan perahu dengan awak tiga orang hanya bisa membawa tak lebih dari 20 kg ikan per malam.
Hal ini membuat harga ikan di Tempat Pelelangan Ikan Ujung Genteng melonjak cukup tinggi. Ikan tongkol yang biasanya dilepas dengan harga Rp 10.000 per kg kini naik 100 persen. Ikan layur melonjak sampai Rp 32.000 per kg karena minimnya tangkapan. Kakap merah pun ditawarkan dengan harga 35.000 per kg. Hampir semunya rata-rata naik 100 persen.
"Ikan jadi barang langka sekarang, kita yang tadinya bisa ambil barang pagi saat nelayan berlabuh dan baru bayar sore hari, sekarang harus bayar saat itu juga. Saya harus membawa uang segar sampai Rp 3 juta untuk menampung ikan tangkapan nelayan, padahal jika tangkapan melimpah hanya perlu bawa uang Rp 1 juta saja,” kata seorang pengepul ikan bernama Juber.
“Untuk hasil melaut selama semalam saat ini kita hanya bisa membawa uang Rp 20.000 per orang, itupun karena dapat tangkapan ikan besar seperti tuna atau lemadang, yah masih untung ongkos melaut yang Rp 500 ribu bisa ketutup, tapi besok-besok mungkin kita malah nombok karena hanya bisa pulang bawa ikan petek (ikan-ikan kecil), “ ungkap Jajang yang baru saja berlabuh sambil memanggul ikan tangkapannya. Sejumlah nelayan menyatakan jika pendapatan mereka saat gelombang normal bisa mencapai Rp 100 ribu per orang per malam.
Besarnya gelombang laut membuat puluhan perahu nelayan lainnya hanya bisa parkir di bibir pantai. “Kita tidak melaut, modalnya nggak ada, nggak berani saya,” keluh Husen. Untuk menutupi kebutuhan harian mereka umumnya menawarkan ojek atau menawarkan jasa perahu bagi wisatawan yang berkunjung.
Mahalnya harga ikan juga dikeluhkan oleh sejumlah hotel yang berada di kawasan Pantai Ujung Genteng dan Cibuaya. “Kami tidak berani menyimpan stok. Untuk tamu yang menginap kami terpaksa menawarkan harga hidangan laut sampai Rp 100 ribu per kg, jika mereka mau langsung kami ambil ikan di bandar pengepul,” ungkap Anggi, staf Turtle Beach Hotel.
Nelayan saat ini tidak bisa lagi memprediksi lokasi dan jumlah tangkapan berdasarkan kebiasaan dan musim. Kemampuan sebagian besar nelayan di Ujung Genteng dengan perahu motor bercadik dengan awak tiga orang itu memang terbatas. Mereka hanya memiliki daya jelajah dan daya angkut ikan terbatas. Jika gelombang semakin tinggi, mereka memilih untuk menjaring wisatawan dengan menjadi tukang ojeg sekaligus pemandu wisata atau menawarkan wisata perahu di pantai.
PRIMA MULIA
Terhangat:
Ketua MK Ditangkap | Amerika Shutdown | Pembunuhan Holly Angela
Baca juga:
Ada Festival Tengkleng di Solo
Kopi Minang Solok, Kopi dengan Aroma Rempah
Toilet Terbersih Bandara Sultan Syarif, Pekan Baru
Ekspedisi Besar Mencari Posisi Ranu Tompe