TEMPO.CO, Malang - Memperingati Hari Tani, puluhan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang membagikan bibit sayuran. Sebanyak 600 bibit dari berbagai jenis sayuran, seperti cabai dan terong, dibagikan kepada pengguna jalan yang melintas di depan kampus Universitas Brawijaya Malang. "Mari kembangkan pertanian di rumah masing-masing," kata koordinator aksi, Ali Hakim Muhdi, Selasa, 24 September 2013.
Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Pertanian ini juga membagikan pupuk kompos seberat 60 kilogram. Pembagian bibit tanaman dan kompos merupakan simbol upaya mengajak warga kembali peduli terhadap pertanian. Selama ini, katanya, pertanian tak diperhatikan. Pupuk dan bibit mahal sehingga memukul para petani.
Mahasiswa juga menggelar aksi teatrikal yang menggambarkan persoalan pertanian yang kian pelik. Teatrikal yang disajikan oleh unit kegiatan mahasiswa Bengkel Seni ini mengkritik pemerintah yang tak peka terhadap persoalan dunia pertanian. Sebab, pemerintah tak pernah melindungi produk pertanian. "Tanah kita subur, tapi kenapa kedelai, beras, dan buah harus impor?" katanya.
Rendahnya produk pertanian, katanya, disebabkan salah urus. Pemerintah tak serius menangani persoalan pertanian. Padahal, pertanian menopang industri tanaman pangan. Seperti perajin tempe yang harus bergantung pada kedelai impor dari Amerika Serikat, padahal kualitas kedelai lokal tak kalah bagus.
Keberpihakan anggaran juga dinilai rendah. Menurut mereka, anggaran pertanian hanya 2,5 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Anggaran pertanian itu pun masih dipangkas dari APBN 2013 sebanyak Rp 16.390 miliar, sedangkan Anggaran rencana APBDN 2014 hanya Rp 15.470,6 miliar atau dipangkas Rp 900,5 miliar.
Pemerintah Kota Malang membatasi alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman, kawasan bisnis, dan industri. Pembatasan alih fungsi lahan pertanian bakal ditetapkan dalam sebuah rancangan peraturan daerah tentang pertanian. Selama empat tahun, luas lahan pertanian menyusut 250 hektare.
Rencana ini dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). Tujuannya agar lahan pertanian tetap terjaga, tak menyusut signifikan. "Sulit membendung alih fungsi lahan, tak ada aturan hukumnya," kata Kepala Dinas Pertanian Sapto Prapto Santoso.
Pemerintah juga memberikan insentif bagi petani yang mempertahankan lahan pertanian. Insentif itu berupa pemberian diskon untuk membayar pajak. Berdasarkan pendataan Dinas Pertanian, lahan pertanian tersisa 2.000 hektare yang tersebar di Lowokwaru, Kendangkandang, Sukun, dan Blimbing. Sebab, telah berubah menjadi kawasan perdagangan, industri, permukiman, dan pusat pemerintahan.
Lahan pertanian juga menjadi upaya untuk mempertahankan ruang terbuka hijau. Selain itu, Dinas Pertanian mendorong pertanian di kawasan perkotaan. Konsepnya, setiap rumah ditanami aneka jenis tanaman produktif. Selain berfungsi untuk penghijauan, juga untuk menambah lahan pertanian.
EKO WIDIANTO