TEMPO.CO, Jakarta - Suara serak perempuan dalam rekaman itu tak asing di telinga Bernaldi Djemat. Baru mendengarkannya pada menit pertama dari 13 menit rekaman, pebisnis ini segera mengenalinya. "Seratus sembilan puluh persen: itu suara Ibu Non Saputri," katanya.
Rekaman itu diputar di Pengadilan Korupsi Jakarta, Kamis dua pekan lalu. Tempo memperdengarkan salinannya kepada Bernaldi di kantornya, PT Borobudur Capital Indonesia, di Plaza Gani Djemat, Jakarta, lima hari kemudian. Non Saputri, tak lain, bekas mertua Bernaldi--yang menikahi anak tunggalnya, Peni Fernita, pada 2006. Pasangan ini bercerai lima tahun kemudian. “Suara Ibu serak karena dia perokok berat,” ujar Bernaldi.
Majalah Tempo edisi Senin 16 September 2013 mengulas sosok perempuan yang disebut-sebut sebagai tokoh kunci dalam kasus suap kuota daging impor . Saputri bukan satu-satunya yang mendapat julukan “Bunda”. Ada bunda lain yang banyak berperan dalam pengaturan kuota impor daging. Dialah Elda Devianne Adiningrat, Ketua Asosiasi Perbenihan Indonesia, yang biasa dipanggil “Bunda Dattie”. Dia merupakan penghubung antara Fathanah, Luthfi, dan pejabat Kementerian Pertanian, juga Elizabeth Liman, Direktur Utama PT Indoguna Utama.
Di kalangan importir dan pengusaha yang kerap bersentuhan dengan Kementerian Pertanian, nama Bunda Putri atau Non Saputri tak terlalu asing. Para pejabat di Kementerian itu juga sudah lama mendengar nama ini sebagai istri seorang pejabat eselon I yang mampu mempengaruhi penggantian pejabat. Seorang pejabat bercerita pernah ditawari naik pangkat oleh seseorang yang bernama Putri.
Menurut seorang pengusaha, Saputri pernah menjadi distributor pupuk dan hasil pertanian dengan mendirikan PT Dwipa Kreatek Persada pada 2002. Kantornya di Gedung Yarnati, Jalan Proklamasi 44, Menteng, Jakarta Pusat. Muhtar Syahroni, pengelola gedung itu, membenarkan Saputri pernah berkantor di sana. Saputri menyewa satu lantai di lantai satu untuk menjalankan bisnisnya. Namun, dua tahun setelah berkantor, usahanya mulai sepi. “Perusahaan bangkrut pada 2005 karena tak mendapat order,” kata Muhtar.
Tempo belum memperoleh konfirmasi dari Saputri tentang informasi-informasi itu. Lima hari tempat tinggalnya ditongkrongi, ia tak terlihat ke luar rumah. Di catatan rukun tetangga setempat, rumah megah itu disewa atas nama Rudi M. Rahmat, asistennya. Surat permohonan wawancara diterima penjaga rumah itu, yang kemudian melemparnya kembali. “Nama yang Anda tuju tak ada di sini,” katanya.
Padahal, rumah itu kerap dijadikan tempat rapat aktivis Lira. Selain tercantum sebagai penasihat, Saputri menjabat Ketua Lira Hijau, yang dilantik pada 2010. Lira memilih Saputri sebagai penasihat karena jaringannya di kalangan pengusaha sangat luas. “Supaya perusahaan-perusahaan itu memberikan dana program tanggung jawab sosial kepada Lira,” kata Sekretaris Jenderal Lira, Frans Watu.
Frans, yang bertelepon dengan Saputri dua pekan lalu, menolak menghubungkan Tempo dengannya. “Sekarang dia sakit,” ujar Frans. Selengkapnya, baca Majalah Tempo.
BAGJA HIDAYAT, FAIZ NASHRILLAH, AKBAR TRI KURNIAWAN, RUSMAN PARAQBUEQ, ALI AKHMAD (JAKARTA), ASEANTY PAHLEVI (PONTIANAK)
Terhangat:
Suap Daging Impor | Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Miss World
Berita terkait:
Bunda Putri Masih Misteri di KPK
Bunda Putri Berpengaruh di Kementerian Pertanian
Bunda Putri di Kasus Sapi Adalah Istri Pejabat?