TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar mengatakan pimpinan Polri tak serius memberi sarana keselamatan bagi anggota di lapangan. Sebagai bukti, jumlah ketersediaan rompi antipeluru untuk anggota polisi masih kurang. Padahal, itu merupakan salah satu alat keselamatan yang penting.
"Saya tak ada data lengkapnya, tapi untuk rompi antipeluru memang kurang," kata Bambang saat dihubungi Tempo, Ahad, 15 September 2013.
Menurut Bambang, dana yang diberikan negara untuk Polri melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) makin bertambah tiap tahun. Sebagai bukti, dia melanjutkan, pada tahun 2000 Polri dapat Rp 11 triliun dan tahun 2013 Polri dapat Rp 45 triliun.
Meski terus bertambah, Polri selalu punya alasan untuk menggunakan anggaran pada kepentingan lain. Bahkan, Bambang menilai pimpinan Polri lebih suka menggunakan duit anggaran untuk mengganti mobil dinas, termasuk untuk para perwira tinggi, ketimbang membeli rompi anti peluru.
Terlebih pengakuan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Ronny F. Sompie kemarin yang mengatakan duit anggaran Polri habis untuk belanja pegawai dan sejumlah pembangunan. "Ini sangat tak logis," kata Bambang. "Polri seharusnya belajar mengelola anggaran."
Sebelumnya, Polri menyatakan salah satu alasan anggota Kepolisian rentan tewas diserang saat bertugas disebabkan minimnya anggaran. Polri mengklaim anggaran yang terbatas menyebabkan banyak anggota Kepolisian yang tidak memakai pakaian dan perlengkapan memadai saat bertugas.
Menurut Irjen Ronny F. Sompie, Polri tak punya anggaran untuk melengkapi seluruh polisi dengan rompi antipeluru dan perlengkapan keamanan lainnya. Rompi antipeluru hanya ada di Satuan Detasemen Khusus Antiteror 88 dan Satuan Brigade Mobil.
INDRA WIJAYA