TEMPO.CO , Jakarta:Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menyesalkan terjadinya kerusuhan massa di Pesantren Darus Sholihin, Kecamatan Puger, Jember, Jawa Timur, Rabu kemarin. "Kami sangat prihatin adanya tindakan kekerasan," kata Djoko di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 12 September 2013.
Menurut dia, segala permasalahan sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik. "Semuanya itu bisa diselesaikan tanpa harus merusak atau dengan kekerasan," ujar Djoko. Dua pimpinan kelompok yang bertikai harus ikut bertanggung jawab. "Mereka seharusnya ikut membina, mengawasi, dan mengendalikan agar jangan sampai terjadi hal-hal seperti itu."
Djoko mengaku mendengar kerusuhan dilatarbelakangi masalah perbedaan keyakinan, antara Sunni dan Syiah. "Tapi saya masih meminta diselidiki yang betul itu bagaimana," ucap dia. Namun jika benar lantaran perbedaan itu, Djoko menilai semestinya kedua kelompok bisa mengendalikan diri.
Seribu personel gabungan Kepolisian RI dan TNI dikirim ke Kabupaten Jember mengamankan situasi pasca kerusuhan massa di Pesantren Darus Sholihin. "Polda mengerahkan pengamanan penuh di Puger," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Komisaris Besar Awi Setiyono, Kamis 12 September 2013.
Polda Jatim juga membantu Kepolisian Resor Jember mengusut konflik yang menyebabkan seorang warga tewas. "Saat ini, polisi sudah memeriksa lima saksi terkait terbunuhnya Eko Mardiyanto. Petugas di lapangan juga sudah memeriksa lima saksi perusakan Pesantren Darus Sholihin," kata Awi.
Polisi belum menetapkan tersangka dalam penanganan kasus itu. Polisi masih membutuhkan minimal dua alat bukti untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka. "Yang jelas, penyidik sudah menyita tiga celurit," katanya.
Kerusuhan itu dipicu aksi massa yang menyerbu Ponpes Darus Solihin di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, dengan membawa pentungan dan senjata tajam. Sepuluh unit sepeda motor dan beberapa bangunan di kompleks pesantren itu rusak karena dibakar dan dilempari batu.
Kapolda Jatim juga langsung bertemu dengan dua kelompok berbeda pandangan, yakni antara kelompok Habib Ali dan Ustad Fauzi. Kapolda meminta kedua kelompok itu tidak mengambil tindakan sendiri-sendiri dan menyerahkan proses hukum ke polisi.
PRIHANDOKO
Topik terhangat
Penembakan Polisi |Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Jokowi Capres? | Miss World
Berita Terkait
Polisi Sisir Daerah Rawan Tawuran Jatim
Bentrok Pendukung Calon Bupati di NTT, Satu Tewas
Tawuran Terjadi Lagi di Pasar Gembrong
Polisi dan TNI Berjaga Usai Bentrok Warga Bima
Bentrok di Bima, Wartawan Tempo Ditodong Senjata