TEMPO.CO, Surabaya - Pengamat Politik Universitas Airlangga, Aribowo, memprediksi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur cukup berlangsung satu putaran. Satu di antara empat pasangan calon diperkirakan akan ada yang mendulang suara minimal 30 persen dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya.
Namun, angka itu dianggap masih kalah dengan jumlah pemilik suara yang tidak memilih dengan berbagai alasan. Ari menduga potensi pemilih tak memilih atau golput tidak beda jauh dengan angka golput pada Pilgub Jawa Timur 2008 silam yang mencapai 46 persen. “Pilgub tahun ini tidak beda jauh,” kata Ari kepada Tempo, Rabu, 28 Agustus 2013.
Ari berpendapat masih tingginya angka golput karena dinamika sosial politik dan kondisi saat ini tidak beda jauh dengan 2008. Meski begitu, ia menilai watak pemilih saat ini semakin rasional.
Pengamat lain dari Universitas Airlangga, Surabaya, Airlangga Pribadi Kusman, mengatakan angka golput tidak akan setinggi 2008 lalu. Ia memprediksi angkanya di kisaran 19,2 persen. Airlangga, melalui lembaganya The Inisiative, sempat menggelar survei dengan 1.000 responden pada 27-31 Juli, menggunakan teknik acak dan menemukan angka golput hanya sebesar itu.
Meski demikian, kata Airlangga, jumlah pemilih tak memilih ini bisa jadi membengkak hingga 30 persen lebih, karena alasan administrasi pendaftaran yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum Daerah lemah. Jauhnya jarak antara TPS dengan tempat tinggal, terutama pemilih yang tinggal di desa-desa terpencil, juga menjadi faktor terbentuk swing voter hingga golput. "Jadi, golput bisa membengkak karena disebabkan oleh minimnya infrastruktur politik."
DIANANTA P. SUMEDI