Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Buka Puasa Bersama Umat Ahmadiyah Wonosobo

Editor

Juli Hantoro

image-gnews
Warga Ahmadiyah asal Wonosobo menunggu di dalam angkutan pulang di Kompleks PIRI Baciro, Yogyakarta, Jumat (13/01/2012). Warga Ahmadiyah dipulangkan setelah terjadi desakan dari berbagai ormas Islam untuk menghentikan pengajian tahunan Jemaah Ahmadiyah di kompleks PIRI Baciro. TEMPO/Suryo Wibowo
Warga Ahmadiyah asal Wonosobo menunggu di dalam angkutan pulang di Kompleks PIRI Baciro, Yogyakarta, Jumat (13/01/2012). Warga Ahmadiyah dipulangkan setelah terjadi desakan dari berbagai ormas Islam untuk menghentikan pengajian tahunan Jemaah Ahmadiyah di kompleks PIRI Baciro. TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Suara bedug terdengar di Masjid besar Al-Mubarok, Selasa sore, 29 Juli 2013. Masjid yang berlokasi di di Dusun Sumber, Desa Lumajang, Kecamatan Watumalang, Wonosobo itu biasa digunakan umat Ahmadiyah. Masjid megah itu bercat putih dan masih baru.

Bersebelahan dengan masjid terletak rumah tokoh Ahmadiyah, Muharto. Ia adalah cucu Sabitun, pembawa ajaran Ahmadiyah pertama kali di Wonosobo. Rumah besar yang dihuni Muharto bergaya arsitektur Eropa dan Jawa. Dindingnya berupa kayu yang menutup rapat seluruh ruangan untuk menghalau dingin. Ada empat jendela. Di sana terpajang gambar Pangeran Diponegoro. Ada juga gambar tokoh panutan warga Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad. Rumah besar ini merupakan lokasi pertemuan aktivis Ahmadiyah.

Tempo sempat berbuka puasa bersama Muharto beserta isteri dan Mubaligh Ahmadiyah Wonosobo, Sajid Ahmad Sutikno di rumah itu. Kami menyeruput teh hangat yang dituangkan dari teko berbahan seng. Pegangan teko berkarat. Ada ketela mengepul yang ditanak. Ketela itu diletakkan menumpuk di atas sebuah piring. “Monggo disambi (silakan dinikmati),” kata Muharto.

Hidangan khas desa itu bersanding dengan kitab terjemahan The Holy Qur’an dalam bahasa Jawa. Muharto biasa mengaji menjelang Magrib. Ia berjas panjang selutut berwarna coklat dan bersarung untuk menghalau dingin.

Setengah jam kemudian Tempo memutari meja dapur rumah. Hidangan nasi panas, sambel lombok hijau, daun bayam, dan lodeh tahu menyambut kami. Kami makan sambil mengobrol santai di bawah lampu yang meredup. Seusai makan kami salat berjamaah di masjid besar. Gerakan salat umat Ahmadiyah tidak berbeda dengan gerakan salat yang biasa dijalankan mayoritas umat Islam Indonesia.

Mubaligh Ahmadiyah Wonosobo, Sajid Ahmad Sutikno mengatakan Dusun Sumber mayoritas dihuni warga Ahmadiyah. Sebanyak 300 kepala keluarga tinggal di kampung ini. Berjarak 1 kilometer dari kampung itu ada kampung Deles tempat warga Muhammadiyah bemukim. Hanya setengah kilometer dari Sumber ada kampung Bakalan dan Salaman yang mayoritas warganya menganut Islam gaya NU. Mereka saling silaturahmi dan selama ini tidak pernah ada gesekan berlatar belakang agama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masjid warga Ahmadiyah, Wonosobo, Al- Mubarok Sumber berdiri megah di lereng Gunung Bisma. Di masjid besar ini pernah diadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad dengan mengundang pembicara, yakni Kiai NU bernama Fauzi.

Menurut Sutikno mayoritas warga Ahmadiyah tinggal di Dusun Sumber. Rumah mereka bergerombol di lereng gunung. Kampung itu berada pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Perkampungan dikelilingi ladang tembakau, kentang, dan lombok. Kawasan ini subur, dengan pemandangan ke arah selatan nun jauh di sana pusat Kota Wonosobo. Dusun Wonosari berjarak sekitar 35 kilometer arah utara Wonosobo. Dieng berada di sebelah barat laut kampung Wonosari. Kecamatan Watumalang berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara.

Hawa yang dingin dan udara yang bersih seperti ingin menyejukkan kehidupan beragama warga kampung itu. Warga Wonosari memang seperti terbelah dalam dua aliran Islam. Namun, perbedaan itu tidak membuat mereka tidak terpecah belah. Saling tegur sapa di jalan, sawah atau ladang merupakan hal biasa.

SHINTA MAHARANI

Berita Lainnya:
Menag: Umat Jangan Terpancing Bom Vihara
Al Chaidar: Bom Vihara Ulah Kelompok Abu Umar
Apa Motif Peledak Vihara Ekayana? Ini Kata Kapolda
Obrolan Khusus Jokowi dan Setiawan Djodi
Akbar Tandjung Akui Elektabilitas Ical Rendah
Kronologi Ledakan di Vihara Ekayana


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Pemerintah Diminta Perhatikan Jemaah Ahmadiyah NTB Saat Lebaran

6 Juni 2018

Penyerangan, perusakan rumah dan pengusiran terhadap warga Ahmadiyah Lombok Timur. twitter.com
Pemerintah Diminta Perhatikan Jemaah Ahmadiyah NTB Saat Lebaran

Penyerangan dan pengrusakan terhadap rumah jemaah Ahmadiyah di Grebek, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat terjadi pada 19 dan 20 Mei lalu.


Ahmadiyah Disebut Kerap Alami Kekerasan Berbasis Agama Sejak 1998

21 Mei 2018

Juru Bicara Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Yendra Budiana memberikan keterangan saat konferensi pers terkait penyerangan dan pengusiran jemaah Ahmadiyah di Lombok Timur, di kantor Komnas Perempuan, Jakarta, 21 April 2018. JAI meminta pihak kepolisian untuk menegakkan hukum terhadap pelaku penyerangan dan pengusiran jemaah Ahmadiyah yang terjadi pada Sabtu dan Minggu, 19-20 Mei 2018 yang dilakukan oleh sekelompok orang. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ahmadiyah Disebut Kerap Alami Kekerasan Berbasis Agama Sejak 1998

Tindakan intoleran terhadap jemaah Ahmadiyah yang baru-baru ini terjadi adalah aksi penyerangan, perusakan, dan pengusiran di Lombok Timur, NTB.


Ahmadiyah Meminta Polisi Memproses Pelaku Penyerangan di Lombok

21 Mei 2018

Sekretaris Pers dan Juru Bicara Jemaah Ahmadiyah Indonesia Yendra Budiana di kantor Komisi Nasional Perempuan, Menteng, Jakarta, Senin, 21 Mei 2018. Tempo/Hendartyo Hanggi
Ahmadiyah Meminta Polisi Memproses Pelaku Penyerangan di Lombok

Jamaah Ahmadiyah meminta langkah cepat Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi seperti pernyataannya di media sosial.


Perusak Rumah Warga Ahmadiyah di NTB Diperkirakan 50 Orang

21 Mei 2018

Perusak Rumah Warga Ahmadiyah di NTB Diperkirakan 50 Orang

Massa merusak 24 rumah warga Ahmadiyah. Polisi mengevakuasi penduduk ke kantor Kepolisian Resor Lombok Timur.


Setara: Persekusi Ahmadiyah Merupakan Tindakan Biadab

20 Mei 2018

Garis polisi menutupi pintu markas Ahmadiyah di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat, 3 Juni 2017. Petugas Kepolisian melakukan penyegelan kembali dan penyelidikan terkait perusakan segel markas Ahmadiyah oleh oknum Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI). TEMPO/Subekti
Setara: Persekusi Ahmadiyah Merupakan Tindakan Biadab

Setara Institute mengecam persekusi yang menimpa komunitas Jamaah Ahmadiyah di Lombok Timur.


Sekelompok Orang Serang dan Usir Penganut Ahmadiyah di NTB

20 Mei 2018

Jemaah Ahmadiyah Berharap Mendapat Izin Rumah Ibadah
Sekelompok Orang Serang dan Usir Penganut Ahmadiyah di NTB

Sekelompok orang melakukan penyerangan, perusakan, dan pengusiran terhadap warga penganut Ahmadiyah di Desa Greneng, Lombok Timur.


Jemaah Ahmadiyah Minta di Kolom Agama E-KTP Ditulis Islam

25 Juli 2017

Seorang petugas memindai sidik jari warga saat uji coba penerapan KTP elektronik (e-KTP) di kantor Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta, Rabu (30/12). e-KTP akan diberlakukan secara nasional pada 2013.Tempo/Arif Wibowo
Jemaah Ahmadiyah Minta di Kolom Agama E-KTP Ditulis Islam

Jemaah Ahmadiyah minta dalam kolom agama e-KTP ditulis Islam.


Warga Ahmadiyah di Manislor Desak Pemerintah Terbitkan E-KTP

24 Juli 2017

Mesjid An Nur di Desa Manislor, Kecamatan Jalaksana, Kuningan, Jawa Barat. TEMPO/Tony Hartawan
Warga Ahmadiyah di Manislor Desak Pemerintah Terbitkan E-KTP

Jemaah Ahmadiyah di Kuningan meminta Ombudsman mendorong pemerintah daerah setempat untuk menerbitkan e-KTP bagi warga Manislor yang juga Ahmadiyah.


Tjahjo Kumolo Dukung Ahmadiyah Dapat E-KTP, Kolom Agama Kosong

24 Juli 2017

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan revisi UU ormas telah selesai dibahas pemerintah, di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, 10 Juli 2017. TEMPO/Lidwina Tanuhardjo
Tjahjo Kumolo Dukung Ahmadiyah Dapat E-KTP, Kolom Agama Kosong

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mendukung jemaah Ahmadiyah untuk tetap mendapatkan kartu tanda penduduk elektronik atau e-KTP.


Human Rights Watch: Larangan Atas Ahmadiyah Melahirkan Kekerasan

14 Juni 2017

Jamaah laki-laki dan perempuan Ahmadiyah Depok melaksanakan salat Jumat berjamaah di halaman belakang bangunan ibadah mereka yang disegel pemerintah Kota Depok, 9 Juni 2017. TEMPO/Imam Hamdi
Human Rights Watch: Larangan Atas Ahmadiyah Melahirkan Kekerasan

Sejak ada SKB tiga menteri, kata Andreas, semakin banyak masyarakat Indonesia yang intoleran.