TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta belum menaikkan status Gunung Merapi dari Aktif Normal menjadi Waspada. Sebab, tidak ada data seismik dan kegempaan yang signifikan.
"Kalau aktivitas Merapi hanya berakhir dengan embusan atau letusan vulkanik, untuk apa dinaikkan statusnya," kata Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta saat ditemui Tempo di kantornya, Jumat, 26 Juli 2013.
Pada 16 Juli lalu, aktivitas kegempaan Merapi meningkat. Puncaknya pada Senin, 22 Juli 2013, Merapi bergemuruh dan muncul hembusan 1.000 meter.
Subandriyo menganggap gejala itu biasa. Dia mencontohkan, Gunung Sakurajima di Jepang, yang sering mengeluarkan embusan, bahkan hampir setiap hari. Juga sering menimbulkan hujan abu di kota-kota di sekitarnya. Namun statusnya tetap Aktif Normal, tidak ada alarm dini untuk menaikkan status.
Fenomena embusan Gunung Merapi yang kadang menimbulkan hujan abu, menurut Subandriyo, adalah hal yang lumrah untuk gunung seaktif itu. Yang penting, kata dia, masyarakat bisa membiasakan diri dan mentaati instruksi, serta waspada sejak dini untuk mengantisipasi dan meminimalisir korban jiwa. "Kalau ada hujan abu, masyarakat menyesuaikan saja. Artinya itu bukan ancaman untuk warga,” katanya.
Aktivitas kegempaan sejak 16 Juli lalu adalah gempa dangkal, terutama, gempa multiphase dan Low-High Frequence (LHF). Puncaknya, embusan asap pada 22 juli, setelah itu selesai.
Dari aspek deformasi, baik dengan Electronic Distance Mesurement maupun Tilt Meter, tidak ada tren peningkatan. Artinya, tidak ada akumulasi tekanan yang menyebabkan penggembungan tubuh gunung.
Berarti, tidak ada suplai magma baru dalam perut gunung. Karena itu, tidak ada indikasi krisis embusan asap akan berakhir dengan erupsi magmatis. Erupsi magmatis yaitu erupsi yang menimbulkan awan panas. "Dengan demikian tidak cukup alasan untuk menaikkan status menjadi Waspada," kata dia.
Dari hasil evaluasi balai, jika tidak mengarah ke erupsi magmatis, tidak perlu dinaikkan menjadi Waspada. "Kalau status terlalu mudah dinaikkan dan diturunkan, masyarakat justru tidak merespon dengan perubahan status. Kenaikam status berdampak pada kegiatan warga sekitar," kata dia.
Level status Merapi ada empat, yaitu Aktif Normal, Waspada, Siaga, dan Awas. Saat ini, pasca-embusan 22 Juli 2013, aktivitas Merapi landai. Pada 26 Juli hingga pukul 07.00, hanya terjadi satu guguran, tidak ada gempa multiphase, LHF, dan gempa tektonik.
"Untuk aktivitas wisata lereng Merapi masih aman, yang mau naik gunung tidak perlu sampai puncak," kata Lasiman Pecut, petugas pengamatan Gunung Merapi di Pos Kaliurang.
MUH SYAIFULLAH
Berita Terpopuler
Asmara Anggita Sari & Terpidana Freddy Budiman
Anggita Sari: Saya Ibarat Pemanis di Kasus Freddy
Keponakan Hotma Sitompoel Ditangkap KPK
Mourinho: Tim Indonesia Tak Punya Kebanggaan
Ini Biang Kekalahan Indonesia dari Chelsea