TEMPO.CO, Yogyakarta - Para sipir penjara Cebongan hari ini bersaksi dalam sidang lanjutan kasus penyerangan dan pembunuhan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cebongan, Sleman, Yogyakarta. Mereka adalah petugas yang berjaga saat penyerangan terjadi 23 Maret 2013 lalu.
Salah satu saksi yang berjaga di pintu depan atau portir Hendrawan Tri Widiyanto, 31 tahun, tidak bisa mengenali wajah salah satu penyerang yang duduk di kursi terdakwa. Meskipun satu penyerang membuka sebo/penutup muka, namun karena trauma dan sudah lama, ia tidak bisa mengenali lagi saat disuruh hakim melihat terdakwa.
"Kejadian itu membuat trauma dan sudah lama," kata Hendrawan saat bersaksi di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta 2 Juli 2013.
Sidang berkas satu ini dipimpin ketua Majelis Hakim Letnan Kolonel (chk) Joko Sasmito. Para terdakwa adalah Sersan Dua Ucok Tigor Simbolon, Sersan Satu Sugeng Sumaryanto, Kopral Satu Kodik.
Saat penyerangan, menurut keterangan saksi ia sedang menonton pertandingan sepak bola di televisi. Sekitar pukul 00.30 WIB, ia mendengar suara mobil di luar LP. Ada dua mobil, lalu ia melihat beberapa orang melompati pagar LP. Ia melihat dari jendela di samping portir. Ia tidak bisa menghitung karena gelap. Hendrawan juga mengaku tidak melihat muka mereka, karena memakai sebo.
Lalu, kata saksi ini, mereka mengarah ke pintu portir. Pintu diketuk, ia melihat dari lubang intip pintu. "Maaf pak dari mana dan keperluannya apa," kata saksi.
Salah seorang penyerang kemudian membuka penutup wajahnya. "Saya dari Polda mau ngebon Deki CS," ujarnya menirukan penyerang tadi.
Ia mengaku belum tahu siapa Deki Cs, dan hanya tahu ada 11 tahanan titipan dari polisi pada siang harinya.
Hendrawan lalu melapor ke komandannya yaitu Edi Prasetya. Namun dijawab oleh Edi, "Mosok malam-malam mau ngebon."
Para penyerang kemudian memaksa masuk. Atas izin Edi, kata Hendrawan dia kemudian membuka pintu penjara. Setelah itu, kata dia, ada 5 orang masuk ke ruang portir. Seorang di antaranya membuka penutup wajahnya hanya sebatas dahi.
"Lima orang masuk membawa senapan laras panjang satu laras pendek. Saya tidak tahu jenis senjatanya," kata Hendrawan.
Masih menurut kesaksian Hendrawan, para penyerang tampak mulai tidak sabar saat kepala pengamanan LP, Margo Utomo hendak melaporkan permintaan para penyerang untuk membawa Deki Cs ke Kepala LP saat itu, Sukamto Harto.
Belum sempat berbicara dan baru menyebut, "Hallo", para penyerang merebut telepon seluler itu dan para sipir diminta tiarap.
Setelah tiarap, ia juga diinjak kepalanya oleh penyerang. Saat itu Hendrawan sudah tidak lihat apa apa. Ia tiarap 15 menit. Saat tiarap itu, ada dari penyerang ke blok Anggrek A5 yang ditempati Deki Cs.
Lalu saksi hanya mendengar suara tembakan. Setelah para penyerang keluar dan ia mendengar suara mobil berjalan, ia baru berani bangun. Lalu melihat pintu portir, dan kemudian dikunci.
Hendrawan kemudian berlari ke arah blok anggrek. Di sana sudah tergeletak 4 tahanan yang tewas akibat luka tembak. "Semua sipir trauma, kami syok," kata dia.
MUH SYAIFULLAH
Berita Terpopuler:
Bupati Rote Bantah Roy Suryo Marah-marah di Hotel
Stasiun UI Masih Gunakan Tiket Kertas
Polisi: Laporan Wartawati Korban Perkosaan Janggal
SBY Minta Video Wonderful Indonesia Distop
6 Makanan Peningkat Kecerdasan Otak
Luthfi Pertanyakan Hatta Rajasa Hilang di Dakwaan