TEMPO.CO , Yogyakarta:Pemberian bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) di beberapa kota di Indonesia belum berjalan mulus. Di Yogyakarta, sejumlah warga tak bisa langsung mengambil dana Rp 150 ribu selama empat bulan itu karena kurangnya sosialisasi.
Saliyem, 75 tahun, warga Kelurahan Prawirodirjan, Gondomanan, dicegat petugas Kantor Pos Besar Yogyakarta saat masuk pintu halaman belakang. Dia urung mengambil uang jatahnya karena salah jadwal. Saliyem yang datang bersama Muji Rahayu, putrinya, mengatakan tak ada sosialisasi dari kelurahan soal jadwal penyaluran. ”Kami kira hari ini bisa,” kata Muji kemarin. Selain salah jadwal, petugas kantor pos meminta mereka melengkapi persyaratan pencairan dana BLSM. Soalnya, di Kartu Perlindungan Sosial (KPS) tertera nama suaminya yang telah meninggal. ”Kami diminta menyiapkan bukti surat kematian,” kata Saliyem.
Lain lagi dengan Baniyah, 81 tahun. Warga Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen ini harus menunggu di loket khusus bagi warga lanjut usia. Petugas harus memverifikasi data perempuan tua ini. Soalnya, di KPS-nya tertulis Banidah, bukan Baniyah.
Pembagian dana BLSM merupakan konsekuensi naiknya harga BBM. Pelaksanaan sudah dimulai kemarin. Dana BLSM diberikan Rp 150 ribu kepada tiap rumah tangga selama empat bulan dalam dua tahap.