TEMPO.CO, Malang - Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minnyak (BBM) bersubsidi dikhawatirkan akan memukul keberlangsungan hidup pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sebab kenaikan BBM dapat memicu timbulnya efek domino, mulai naiknya harga bahan baku hingga ongkos distribusi. Akibatnya harga produk melonjak. "UMKM semakin terjepit, terancam gulung tikar," kata Ketua Paguyuban UMKM Kota Malang, Jawa Timur, Septarina Eko Dewi, Sabtu, 15 Juni 2013.
Menurut dia, sebenarnya untuk menghadapi makin mahalnya harga BBM bisa disiasati dengan menaikkan harga jual atau menambah modal. Namun kedua pilihan itu menjadi dilema. Penambahan modal usaha diterapkan untuk mengimbangi kenaikan bahan baku. Sementara tak banyak pelaku usaha yang menyiapkan pertambahan modal usaha.
Pelaku usaha juga enggan mengajukan kredit ke perbankan lantaran tidak memiliki barang untuk dijaminkan serta suku bunga perbankan tinggi. "UMKM membutuhkan bantuan pinjaman murah dari pemerintah," katanya.
Pinjaman modal, kata Septarina, bisa diajukan dalam skema penanganan dampak kenaikan harga BBM. Jika ada pertambahan modal bantuan pemerintah ia yakin UMKM bisa bertahan dari ancaman kebangkrutan.
Kenaikan harga BBM diprediksi akan mendongkrak harga jual sampai 10 persen. Di sisi lain kenaikan itu menyebabkan daya beli masyarakat menjadi turun, sehingga secara tak langsung ikut menghambat kelangsungan usaha UMKM. "Jika tak ada suntikan modal, pasti gulung tikar," katanya.
Saat kenaikan harga BBM yang lalu, usaha UMKM langsung terpukul. Dari total sekitar 5 ribu pelaku UMKM di Kota Malang, sebanyak 1.000 diantaranya masuk kategori rawan gulung tikar. UMKM yang terancam itu sebagian besar bergerak di sektor kuliner.
EKO WIDIANTO