TEMPO.CO, Pekanbaru - AR, 17 tahun, mengatakan bahwa dirinya ikut bergabung dengan geng motor Academy Rush Comunity (ARC) karena ikut-ikutan saja. Bahkan dia belum tercatat sebagai anggota. "Baru ikut-ikut saja," ujarnya, saat ditemui Polresta Pekanbaru pekan lalu.
AR mengatakan, ia ikut bergabung dengan geng motor ARC baru 2 bulan. Selama dua bulan itu AR mengaku tidak rajin berkumpul dengan anggota ARC. Menurutnya, geng motor ARC merupakan geng motor yang masih berada pada komando geng motor XTC Pekanbaru. AR ikut terlibat dalam perusakan sebuah warnet di Jalan Durian Pekanbaru.
Ibu AR, Wati 46, bukan nama sebenarnya, tak kuasa menahan air mata di ruang tunggu penyidikan Polresta Pekanbaru. Matanya berkaca-kaca melihat putra sulungnya ditahan Polresta Pekanbaru terkait kasus geng motor. Dia tak pernah menduga kalau anaknya, ikut terlibat dalam geng motor.
Bagi Wati, tertangkapnya AR merupakan cobaan berat bagi keluarganya karena dia tulang punggung keluarga, sejak ayahnya meninggal. "Saya tidak tahu lagi mau berbuat apa, dia tulang punggung keluarga kami. Adiknya dua orang masih sekolah," ujarnya.
Menurut Wati, AR sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan, setiap akhir pekan, AR
memberi uang Rp 300 ribu dari gajinya untuk kebutuhan keluarga. Sementara Wati ikut
berdagang lontong di rumah. Tidak ada sikap mencurigakan AR saat berada di rumah. "Di rumah biasa aja, pulang kerja biasanya duduk di rumah nonton tv," ujarnya.
Hal serupa juga dialami Layla 40 tahun, bukan nama sebenarnya, setelah mengetahui anak perempuannya, UM, terlibat geng motor. Dimata keluarganya, UM 16 tahun merupakan anak yang penyayang kepada keluarga. UM adalah anggota geng motor perempuan Ladies Sexy Road (Laser).
Sejak tahun lalu setelah tamat SMP, UM memang tidak menyambung sekolahnya. Ia memutuskan untuk bekerja di sebuah toko roti di Jalan Paus Pekanbaru. Hampir setiap hari UM keluar rumah alasannya memang pergi bekerja. Dalam sehari UM mendapat bayaran Rp 25ribu dari hasil kerjanya menjaga toko kue.
Kata Layla, setiap pulang bekerja UM selalu memberi uang jajan untuk lima orang adiknya
yang masih kecil-kecil. Layla memang tidak pernah melarang anaknya untuk keluar rumah, setiap kali UM tidak pulang, ia selalu beralasan lembur dan menginap di toko kue tempat dia bekerja.
Kata Layla, setahun menganggur membuat UM bosan, bulan Juli tahun ini UM anaknya akan
melanjutkan sekolah pelayaran di Jakarta. Ia berharap kepada kepolisian agar bisa membebaskan anaknya yang masih dibawah umur itu, karena menurutnya UM hanyalah korban dari pengaruh lingkungan.
Layla mengaku pasrah terhadap cobaan yang menimpa keluarganya. "Saya serahkan saja semuanya kepada hukum," ujarnya.
RIYAN NOFITRA
Topik terhangat:
Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha |Fathanah
Baca juga
EDSUS GENG MOTOR
Calon Kapolri Bocor, Kompolnas Protes Komnas HAM
Adik John Kei Tewas Ditembak
Inter Dibeli Erick Thohir, Ini Komentar Zanetti
SBY Dapat World Statesman Award, Beri 4 Janji